...

Wood Worker

Artikel - 1 month ago - Tag : Artikel
Author : Abdullah Abdurrahman

Wood Workers (Carpenter)

 

Seorang tukang kayu yang sudah lama bekerja berbicara kepada bosnya, bahwa dia memutuskan ingin mengundurkan diri (pensiun) dari pekerjaannya. Dia merasa dirinya sudah tua, melambat, jenuh juga bosan dengan rutinitas pekerjaannya. Dia merasa ingin berhenti, break dari aktivitas pekerjaan, beristirahat di rumah dahulu, menikmati hari-hari dengan santai.

 

Bosnya menyesalkan keputusan pekerja tersebut, padahal tukang kayu ini adalah orang yang terampil, apik, cermat, tekun, dengan hasil pekerjaan yang hampir selalu memuaskan.

 

Bosnya tidak bisa memaksa atau menahan keinginan si tukang kayu ini, namun bosnya memiliki permintaan terakhir, yaitu membuat satu buah rumah lagi, sebagai project terakhir.

_____

 

Dengan ogah-ogahan, tukang kayu itu pun setuju. Namun karena sudah ingin pensiun, tukang kayu ini melakukannya dengan setengah hati, dia bekerja seadanya, terburu-buru, buruk, dengan kualitas kerja yang rendah, seperti sudah tidak ada lagi semangat dalam bekerja. Pada akhirnya, pekerjaan itu selesai juga, rumah itu selesai juga, dia lalu mengabarkan bosnya bahwa pekerjaan telah selesai, sekalian untuk berpamitan.

 

Bosnya kemudian menemui tukang kayu ini, sembari memberikan beberapa lembar kertas dan sebuah kunci pintu. Tukang ini bertanya : “apa ini?” Bosnya kemudian menjawab : “Ini adalah rumah untukmu, ini kuncinya, dan ini surat-surat kepemilikannya, hadiah dariku untukmu atas peran serta dan kontribusimu selama ini”. Si tukang kayu sangat kaget, ketika dia mengetahui bahwa ternyata selama ini dia sedang membangun rumahnya sendiri, rumah yang akan ditinggali untuk istrinya, anak-anaknya, alias untuk keluarganya sendiri. Seandainya dia tahu bahwa apa yang dikerjakannya itu akan kembali untuk dirinya sendiri, tentu dia bekerja dan membuat rumah itu sebaik mungkin.

 

*************************

 

Tetapi ini bukan tentang si tukang kayu. Melainkan ilustrasi analogi bagi diri kita, yang terkadang luput memahami, bahwa apa yang sedang kita kerjakan, kita lakukan, kita ikhtiarkan, termasuk yang kita sedekahkan, sebenarnya bukanlah untuk orang lain, melainkan untuk diri kita sendiri, melainkan akan kembali kepada kita sendiri, untuk istri kita, anak kita, keluarga kita, untuk orang-orang yang kita cintai. Oleh karena itu, lakukanlah apa yang akan kita lakukan dengan sepenuh hati, sebaik mungkin, dan penuh integritas.

 

Jangan pernah meremehkan apa yang sedang kamu kerjakan, kamu usahakan, apapun pekerjaan kita, bahkan termasuk tugas yang kecil dengan rasa penuh tanggung jawab, karena yang terkadang kita anggap tidak penting, ternyata memiliki efek besar untuk kita sendiri, bagi hidup kita sendiri kedepannya. karena dari apa yang kita lakukan, merupakan cerminan dari siapakah diri kita yang sebenarnya.

 

..Wallahu a’lam..