...

Wajah Baru Arab Saudi

Artikel - 1 year ago - Tag : Artikel
Author : Abdullah Abdurrahman

Mungkin, beberapa diantara kita sudah tau, bahwa Arab Saudi menampakkan wajah barunya. Pengaruh “Wahabisme” disingkirkan dari kerajaan Al Saud.

Sebelumnya, kita bahas dahulu sedikit apa itu Wahabisme. Dimana wahabisme berarti sebuah paham yang menghadap kepada “Wahabi”

Wahabi atau Wahabiah, atau Wahabisme sendiri memiliki arti, pengikut Wahab. Dimana yang dimaksud disini merujuk kepada dua makna :

1. Abdul Wahab bin Rustum
Yaitu, seseorang tokoh yang hidup di Tahun 100-200 Hijriyah, berpemahaman Khawarij, yang mengkafirkan Kaum Muslim, memberontak kepada Pemerintah, Bermusuhan dengan Pemerintah, dll.


2. Muhammad Bin Abdul Wahab
Yaitu, seseorang tokoh yang hidup di Tahun 1100-1200 Hijriyah, berpemahaman Ahlus Sunnah, memurnikan Aqidah, bersahabat dekat dengan Pemerintah, dll.

Kita bahas juga sedikit disini dimana terjadi missleading, dimana sebagian saudara saudara kita yang tidak mengerti, belum belajar, atau fanatik dengan ibadah ibadah lokal dan ritual, tidak nyaman, tidak senang, tidak suka dengan pemurnian Aqidah, pemurnian Ibadah yang dilakukan Muhammad bin Abdul Wahab yang kala itu sangat disegani Pemerintah, dekat dengan Pemerintah dan menjadi penasihat bagi Arab Saudi. Dimana disini banyak saudara saudara kita yang (Tahlilan Maulidan, Yasinan, Bid’ah) tidak mengikuti Pemerintah bahkan sampai harus terusir dari wilayah Arab Saudi, ke Iran, Mesir, Maroko, Yaman, Aljazair, dll. Dimana mereka yang terusir disini karena tidak taat kepada pemerintah, membenci Muhammad bin Abdul Wahab dan semua pengikutnya yang diistilahi “Wahabi”

Kita bahas juga sedikit disini dimana saudara saudara kita yang tidak mengerti, belum belajar, malah mengkaitkan istilah wahabi disini kepada wahabi tokoh khawarij, aliran sesat yang membenci pemerintah, membunuh kaum muslimin, padahal ini “beda orang”.

********

DR. Zakir Naik, pada sebuah podiumnya, secara luar biasa pernah menjelaskan (terkait misleading disini) bahwa : 

“Jika, dengan mengikuti Al Quran dan As Sunnah itu diistilahi Muslim, maka Aku Muslim.  Jika dengan mengikuti Al Quran dan As Sunnah itu diistilahi Salafi, maka Aku Salafi. Jika dengan mengikuti Al Quran dan As Sunnah itu diistilahi Wahabi, maka Aku Wahabi. Aku tidak masalah dengan apapun sebutannya.”

Disini kita pahami, sebenarnya sebutan apapun selama kita pada hakikatnya sedang berjalan di atas Al Quran dan As Sunnah maka itu tidak masalah. Itulah sebabnya saudara saudara kita yang memurnikan agama ini, memurnikan aqidah, memurnikan ibadah (termasuk misal diantaranya adalah saya), tidak masalah dengan istilah penyebutan apapun, mau diistilahi salafi, mau diistilahi wahabi, tidak masalah.

Namun sayangnya, sebagian saudara saudara kita yang tidak mengerti, belum belajar, malah menyangka wahabi adalah pengikut Abdul Wahab Bin Rustum, sebuah aliran sesat pembunuh sesama muslim, pemberontak kepada pemerintah, dll.

********

Kembali ke pembahasan Arab Saudi, sejak diangkatnya Putra Mahkota yang baru, Pangeran Muhammad Bin Salman (MBS), anak, cucu, cicit dari pendiri kerajaan Arab Saudi yaitu Muhammad Bin Saud, yang dekat dan segan dengan Muhammad bin Abdul Wahab, dimana Arab Saudi dahulu berjalan dengan kepemimpinan yang memurnikan Aqidah dan memurnikan Ibadah. Kini MBS yang memimpin Arab Saudi qodarullah membuat terobosan baru dengan membuat Arab Saudi lebih moderat.

Kerajaan Ibnu Saud, Anak Cucu dari Muhammad bin Saud, alias Kerajaan MBS ini, tidak segan untuk membuka sarana olahraga untuk perempuan (yang sebelumnya tidak diperbolehkan), mengizinkan bioskop (yang sebelumnya tidak diperbolehkan), menggelar konser musik (yang sebelumnya tidak diperbolehkan), hingga memperbolehkan pariwisata di pantai tertentu dengan memakai bikini (yang sebelumnya tidak diperbolehkan). Pemerintahan baru juga melucuti undang undang perlindungan perempuan, dll. Semua ini tentu bertentangan dengan Ajaran Islam yang sebenarnya yang dulu dinasehatkan Muhammad Bin Abdul Wahab dan ditegakkan Muhammad Bin Saud sebagai pemerintah kala itu, yang sangat puratinisme (murni) dalam beragama.

Aneh, dan bertolak belakang jika banyak masyarakat Muslim dunia khawatir dengan paham wahabisme sebagai wadah terorisme, dan gembira ketika Arab Saudi tidak lagi berpaham wahabisme (Muhammad Bin Abdul Wahab).

Justru dengan menyingkirkan paham wahabisme (Muhammad Bin Abdul Wahab), Arab Saudi kini semakin moderat, modern, menjauh dari puratisnisme (murni), menjadi lebih jauh dari murninya Islam, murninya Aqidah, dan murninya Ibadah, murninya syariat Islam.

Penelitian yang dilakukan Prof Ahmed F. Kuru, menyimpulkan paham Wahabisme adalah doktrin Ortodoksi Islam, yang berperan melanggengkan kekuasaan, sebab kekerasan di Arab Saudi. Tentu ini salah, dan darisini kita tau bahwa Gelar Profesor sekalipun, penelitian yang dilakukan seseorang level Profesor tidak menjadikan seseorang benar benar paham tentang apa itu paham Wahabi, Salafi, tidak mampu membedakan hal sederhana yaitu dua orang berbeda Muhammad Bin Rustum (Khawarij Sesat) dan Muhammad Bin Abdul Wahab (Ahlus Sunnah).

Reformisasi yang dilakukan MBS diharapkan membuat agenda demokratisasi dan kebaikan bagi Arab Saudi. Walyadubillah, bagaimana mungkin jauh dari kemurnian Aqidah dan masuk kepada demokratisasi, pembebasan konser Musik, Bioskop, Pantai Aurat, dll, bisa membuat Arab Saudi menjadi baik?

Diketahui sejak awal, MBS memang berambisi merubah Arab Saudi yang berwajah “kaku” (baca : murni menegakan Islam), menjadi ke corak yang lebih demokratis, pluraris, dan Islam Modern, dan inclusif. Dimana sebagai pihak menganggap ini “langkah baik” Saudi menjadi negara yang lebih terbuka, memiliki visi dan misi yang sama dengan kebanyakan negara barat (kafir) yang maju. Maka kebijakannyapun harus modern. Walyadubillah.

Diketahui langkah ini, dilakukan MBS karena prediksi perhitungan produksi minyak mentah Arab Saudi akan habis di sekitar 2030. Arab Saudi yang selama ini independen, karena bersandar kepada kekayaan minyak mentahnya, perlu bersiap siap melepas ketergantungan tersebut, dan mulai mengembangkan pendapatkan dari sektor lain, pariwisata, perbankan, ekonomi, layanan publik dan lain lain.

Pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, menyoroti  upaya moderisasi, dan liberalisasi ini yang masih sangat terbatas, pada pendekatan bidang ekonomi ataupun pendekatan budaya. Malahan otorisasi atau otottarianisme justru meningkat, dimana pemerintah MBS bukan melakukan pendekatan ekonomi ataupun budaya, tetapi melakukan penggunaan kekuasaan untuk menegakkan moderinsasi.

Ulama, Aktivis, yang kritis terhadap urgensi ini, terhadap kemurnian Aqidah, Ibadah, dan Muamalah Islam, masih mengalami represi. Beberapa diantaranya ditangkap karena dianggap musuh dari visi misi MBS. Diantaranya kita dengar, mantan Imam Masjidil Haram ditangkap dan dipenjara 10 tahun, karena diduga ceramahnya dianggap bertentangan dengan visi misi MBS.

*****

Darisini kita bisa ambil banyak sekali fawaid, atau hikmah dari fenomena ini. Yaitu dimana kebodohan membuat kita tidak bisa membedakan mana Khawarij dan Ahlus Sunnah, tidak tau beda Abdul Wahab Bin Rustum dan Muhammad Bin Abdul Wahab, membenci Wahabi yang justru memurnikan Aqidah, dan meluruskan Arab Saudi selama 200th kebelakang. Menuduh Wahabi adalah Terorisme dan Khawarij, menjadikan pengertian Wahabi yang keliaru sebagai alat untuk menegakkan demoratisasi dan moderisasi di tanah Arab Saudi. Menjadi tau dan semakin paham bahwa kebenaran bukanlah pasti apa yang di Arab Saudi, namun apa yang mencocoki Al Quran dan As Sunnah. Para Ulama Salafi / Wahabi mencontohkan, tetap taat dan tidak melakukan pemberontakan, malahan mencontohkan kesabaran ketika menerima perlakuan otoriter dari pemerintah dengan ditangkap dan dipenjara, dll.

Pembahasan disini bukanlah kritik, atau perlawanan terhadap pemerintah Arab Saudi, bukan pula kita disini sebagai rakyat Saudi, bukan orang dekat Kerajaan Arab Saudi, bukan pula nasehat kepada pemerintah dilakukan dengan terbuka melainkan dengan cara menggenggam diam diam tangan penguasa (tidak dimuka umum). Pembahasan disini adalah untuk memahamkan apa yang sedang terjadi, dan menebalkan apa itu wahabi, wahabisme, yang dimana terjadi missleading, dan jadi kambing hitam atas modernisasi di wilayah Kerajaan Arab Saudi. menajamkan bahwa apa yang terjadi di Arab Saudi bukanlah pasti kebenaran, melainkan kebenaran adalah apa yang ada dan cocok dengan Al Quran dan As Sunnah.
___

Lalu, akankah langkah MBS atas Arab Saudi yang terbuka, moderat, demokratis ini benar karena latar belakang antisipasi kelangkaan minyak mentahnya di 2023, atau hanyalah skenario dari MBS yang memang sudah terpengaruh budaya barat? Waktu akan menjawab.

Tetapi yang jelas, mudahnya, jauh sebelum minyak mentah ditemukan disana, Arab Saudi tidak pernah “miskin” atau kekurangan, karena Allah sudah tetapkan Arab Saudi menerima pendapatan besar dari pelaksanaan Haji dan Umroh (Pariwisata). Jadi semestinya tidak perlu ada kekhawatiran bangkrutnya Arab Saudi karena menipisnya cadangan minyak mentah.


..Wallahu a’lam..