Perihal palsu atau imitasi kita semua tau pemainnya adalah : China. Banyak barang yang palsu dan imitasi dibuat disana, mulai dari sendal palsu sampai matahari palsu ada disana. Namun untuk urusan Ustadz Palsu, tempatnya di : Indonesia.
Kita akan bahas ini, namun sebelumnya sebagai pengantar, akan disampaikan realitas terkait agar lebih mudah memahami fenomena ini.
*************************
Indonesia, negara yang sangat kita cintai bersama ini, tercatat memiliki “prestasi” didunia akademik, yaitu : peringkat ke-2 paling tidak jujur sedunia. Ini didapati setelah melihat “kualitas” jurnal akademikus dari Indonesia (Sumber : Vit Machacek, dan Martin Srholer, dari jurnal akademikus 2015-2017, dimuat juga dimajalah Tempo).
Bukan sekedar ustadz, bukan guru, bukan dosen, namun tidak tanggung tanggung, ditemukan banyak sekali kasus plagiasi thesis maupun disertasi, dari orang orang pada level rektor, agar mereka bisa memiliki gelar Doktor, atau Profesor. Dimana didapati fakta bahwa disertasi mereka palsu, ini dengan mudah diketahui, dimana “grammar” penulisan yang salah, singkatnya disertasi ini adalah saduran bebas / terjemahan google translate, kemudian ketika diperiksa dengan menggunakan AI (Artificial Intellgence) disertasi ini adalah (sebagian) salinan dari disertasi lain yang pernah rilis diluar negeri.
Pada level mahasiswa, didapati bahwa kecerdasan dari mahasiswa berprestasi Universitas (Negeri paling terkemuka di) Indonesia, “hanya” setara dengan kecerdasan anak SMP dinegara maju. (Bambang S, seorang Profesor Summa Cumlaude University San Tomasso - Italia).
Seorang mahasiswa di Indonesia yang membuat bahan suatu presentasinya yang referensinya dia ambil dari google, ketika presentasi hanya mampu membaca kata perkata dari tulisan pada presentasinya, namun ketika diminta presentasi tanpa teks, tanpa PPT, mereka gagap, mereka tidak bisa, tidak mampu menyampaikan, tidak mampu menerangkan, karya dan ide orang lain yang salinnya dari google, ini sangat miris, apalagi jika diminta membuat karya sendiri dan menyampaikan kepada orang banyak.
Ini fakta yang terjadi, uji saja seorang mahasiswa dengan soal soal pelajaran anak SMP, mereka belum tentu bisa menjawab sebaik anak SMP, uji saja mereka membuat sebuah persentasi, tidak ada beda dengan kualitas klipping koran anak SMP, uji saja seorang mahasiswa untuk mempresentasikan sesuatu, kemampuannya tidak lebih dari kemampuan anak elimentary school dinegara negara maju.
Bukan rahasia lagi, disekolah kita dapati ada bocoran kunci jawaban EBTA/EBTANAS, UAS/UAN. Dikampus, seseorang yang lulus sarjana, lulus pasca sarjana, bisa dengan cara menggunakan jasa “joki”, syarat kelulusan skripsi dan tesisnya bisa dengan mudah dibuatkan oleh orang lain, bisa copas dari google, atau bantuan AI, bukan dari hasil belajarnya, bukan dari hasil buah pikiran kepalanya, lebih parah lagi seseorang bisa dilegalkan lulus hanya dari laporan magang, atau dari jalur non skripsi lainnya misal : kompre, sempro, semhas. Mereka, para mahasiswa ini lulus, tanpa terlebih dahulu diuji, apa ide, konsep, pikiran, dan kecerdasan akademik mereka, tanpa pernah diuji dahulu isi kepala mereka.
************************
Kalau diranah permasalahan ilmu dunia saja yang demikian sudah amat tidak baik, bagaimana jika diranah permasalahan ilmu agama, ilmu akhirat?
Indonesia, negeri yang sangat kita cintai bersama ini, tidak tanggung tanggung, didapati lulusan S3, Prof, Doktor, kedapatan menjadi habib yang palsu, nasab yang terputus / gagal dalam tes DNA, bahkan akhlaknya-pun gagal, dia membuat barisan (front) untuk demo dan melakukan banyak kekerasan.
Lulusan S2, S3, dari universitas antah berantah di Afrika, (bukan Arab), entah pula bagaimana proses kelulusannya, pulang ke Indonesia dengan aqidah palsu, wajahnya seakan salafi, namun akidahnya asyari, pulang ke Indonesia dengan madzhab palsu. Mengaku Ahli Hadits, Ahli Fiqh, padahal palsu.
Lulusan S2, S3, Doktor, Profesor, dari universitas jazirah arab, salah satunya saya kenal dan tau persis selalu bolos, dikantin, mancing, dll, berbohong dengan skripsi palsu berhasil lulus S1 syariah. Kini dia sudah jadi ustadz industrialis spesialis rumah tangga.
Lulusan S2, S3, Doktor, Profesor, dari universitas jazirah arab, mengaku pengajar tetap madinah / dosen, padahal palsu melainkan hanya pembimbing haji/umroh dari sebuah tour travel tertentu. Ada lagi yang mengaku bernasab langsung, bermulazamah dengan Ulama A, B, C, padahal tidak pernah (alias palsu), ini juga jelas diketahui ketika pulang ke Indonesia, dia malah mengajar dengan aqidah dan manhaj yang jauh berbeda dengan Ulama yang diakui sebagai guru gurunya. Adapula yang pamer Ferrari palsu (pinjaman), dsb.
Lebih parah lagi, bahkan banyak sekali yang tidak pernah sekolah, apalagi kuliah, hanya belajar di pondok, lalu jadi guru ngaji, guru Al Quran, guru bahasa Arab. Hanya karena anak dari seorang ustadz pengurus pesantren, tanpa pernah sekolah, tiba tiba jadi ustadz (gus), dsb.
Mereka mereka ini menjadikan “Ustadz” sebagai profesi dan pekerjaan untuk mencari uang (menjual agama) alias yang demikian ini adalah ustadz palsu. Padahal ustadz yang asli adalah wajib mengajarkan ilmu yang ada pada dirinya kepada Kaum Muslimin, tanpa menjadikan kegiatan tersebut menjadi profesi / pekerjaan.
Alhasil, lihat dari perbuatan para ustadz palsu ini. Betapa banyak kaum muslimin awam yang ingin belajar dan memahami agama ini, tetap awam, dan tetap bodoh, ada sekitar 250juta kaum muslimin di Indonesia yang mayoritas bodoh dalam beragama, lihat hasilnya dimana kehadiran para ustadz palsu ini semakin menambah banyaknya aliran aliran Islam sesat (yang palsu) di Indonesia ini, jauh dari Islam yang asli yang dituntunkan Nabi shallallahu alaihi wasallam dan dipahami para sahabat, dan ulama ulama salaf.
Ustadz palsu sangat banyak, bahkan paling banyak didunia kita dapati di negeri Indonesia ini, mulai dari habib palsu, membuat kuburan kuburan palsu, ibadah ibadah palsu, acara acara palsu, kajian kajian di hotel yang palsu, dengan ayat ayat Al Quran dan Hadits yang palsu atau keliru, yang mereka dapati bukan dari hasil belajar, hasil uji isi kepala mereka bahwa memahami agama ini dengan benar, melainkan dari kelulusan palsu, ijazah palsu, dan penisbatan/menisbatkan diri terhadap status “ke-ustadz-an” yang palsu.
Kesimpulannya, saya rasa tidak perlu saya simpulkan pada akhir materi ini, melainkan saya rasa bisa, dan silahkan disimpulkan sendiri.
..Wallahu a’lam..