...

The Medicine

Artikel - 7 months ago - Tag : Artikel
Author : Abdullah Abdurrahman

The Medicine

 


Telah kita bahas sebelumnya tentang Industrialisme dan Kapitalisme yang mana salah satu produknya adalah “Dokter Palsu” (silahkan baca materi sebelumnya “Dokter Palsu”). 

 

 

Dokter yang seharusnya tugasnya mengobati orang sakit, banyak “Dokter Palsu” (oknum) melenceng dari sumpah jabatannya, menyimpang dari idealismenya, bukan lagi sebagai dokter yang mengobati orang sakit, melainkan mereka jualan lab, jualan obat, kejar target poin, mereka menjadi sales. Dikarenakan mindset paham industrialisme dan kapitalisme yang ditanamkan dalam kurikulum saat mereka menempuh pendidikan.

 

 

*******************************

 


Menurut dr. Francis Sellers Collins, seorang pakar kesehatan, seorang dokter kepala terpercaya yang sudah melayani 3 Presiden Amerika Serikat, seorang konsultan kesehatan, pakar kesehatan dan science, mengatakan bahwa :  “Semua usaha yang dilakukan (kebanyakan) dokter adalah, hanya untuk menekan gejala, atau menghilangkan tanda-tanda sakit”

 

 

“Misalkan, seseorang memiliki gangguan kesehatan tekanan darah yang tinggi, kemudian dokter berkata “saya akan memberimu pil”, sebuah pil yang merusak ginjalmu, namun menurunkan tekanan darahmu, atau sebuah pil yang merusak jantungmu, namun menurunkan tekanan darahmu, atau merusak jaringan syarafmu, namun menurunkan tekanan darahmu”.

 

 

“Kemudian, sebagian besar dari kita (pasien) akan berkata : “dokter tersebut bagus”, “dokter tersebut sukses”, “obat dari dokter tersebut manjur”, “tekanan darahku berhasil turun”, dsb. Padahal sebenarnya tidak! Padahal yang terjadi adalah sebenarnya kita sedang diracuni sampai mati. Padahal tubuh kita sedang mengalami kekacauan biokimia”.

 


 
Ini terjadi juga, bagi seseorang yang memiliki gangguan kesehatan lain misal : tekanan darah rendah, penyumbatan pembuluh darah, kelainan pada fungsi organ dalam, dan lainnya. 

 

 

Menurut dr. Francis Sellers Collins, (kebanyakan) dokter sebenarnya tidak sedang benar-benar mengobati kita, melainkan mereka hanya menghilangkan gejalanya, menghilangkan tanda-tanda sakitnya, mengurangi rasa nyerinya, mengurangi rasa sakitnya. Sekali lagi bukan sedang mengobati atau menyembuhkan kita, yang tentu salah satu tujuannya adalah ketika gejala kembali kambuh, kembali sakit, kita akan kembali membutuhkan “obat” dari dokter tersebut. Padahal disaat itu mereka sedang memasukkan racun yang merusak ginjal kita, jantung kita, syaraf kita, organ dalam kita, membuat kekacauan biokimia di dalam tubuh kita.

 


______________________




Mungkin sebagian dari kita kemudian bertanya, lantas apa solusinya? Solusi yang sebenarnya sudah masyur kita ketahui yaitu, lebih mencegah daripada mengobati, mengkonsumsi makanan-makanan yang sehat, hanya masukkan banyak makanan dan atau minuman yang bergizi, olahraga, menjaga pola hidup, pola istirahat, pola tidur, pola pikir, menjaga imunitas, dll. Adapun tetap sakit dan butuh pengobatan medis lanjutan, pastikan kepada dokter kita kenal betul, yang kita percayai kredibilitasnya, atau yang kita direkomendasikan oleh orang yang kita percaya kepadanya, yang benar ahlinya, yang benar tulus mau berusaha menyembuhkan kita, yang benar mengobati kita, bukan yang sekedar memberi kita obat, padahal sejatinya racun.

 

 

*********************************

 

 

Hal yang sama namun lebih berbahaya, sebenarnya kita temui pada ranah kesehatan spiritual, ranah dakwah, ranah agama. 

 

Kita Kaum Muslimin, oleh para (kebanyakan) Ustadz seakan akan sedang diberikan siraman rohani yang menyejukkan, penyejuk hati, dakwah yang menyenangkan ego dalam diri kita, cerita-cerita sirah yang seakan relevan dengan permasalahan hidup kita, bahkan cerita-cerita dongeng, cerita bohong dan kurafat yang membuai kita bisa masuk kedalam surga dengan mudah, tanpa iman dan amal ibadah, menjual obat penyakit raga dan jiwa dengan meminum air berkah. Padahal sejatinya sedang merusak aqidah, merusak tauhid, merusak agama, merusak organ dalam keimanan kita.

 

 

Kemudian sebagian besar dari kita (awam) akan berkata : “ustadznya lucu”, “ustadznya enak”, “ustadznya lembut”, “bagus kata katanya”, “bagus nasehatnya”, “pintar ustadznya”, “banyak hafalannya”, “manjur doanya”, “mustajab air berkahnya”, “saya sudah beragama dengan benar”, “saya akan masuk surga”, “saya akan dapat syafaat”, “saya akan kaya dunia akhirat”. Padahal tidak seperti itu, padahal yang terjadi sebenarnya kita sedang teracuni, rusak iman kita, rusak manhaj kita, rusak pemahaman kita terhadap agama ini. Padahal kita sedang mengalami kerusakan tauhid dan aqidah.

 

 

Hal ini juga terjadi dimana (kebanyakan) Ustadz sebenarnya tidak sedang benar-benar menancapkan Tauhid dan Aqidah yang benar kepada kita Kaum Muslimin, mereka hanya seolah-olah sedang mengobati hati kita, menyiram rohani kita, atau menyejukkan hati kita sembari membuat kita terus percaya dan membutuhkan “obat” dari mereka. Padahal sebenarnya mereka sedang berjualan, mereka sedang promo, mereka sedang cari nafkah dari agama ini, sebagian mereka jualan rambut (palsu) nabi, sendal nabi, nasab nabi, kuburan nabi, kuburan wali, air karomah, parfum biang, jual tour n travel, jualan nasi kebuli, restoran arab, jualan gamis, koperasi syariah (alias Riba syariah), biro jodoh, francise usaha, rihlah keluarga, jualan kelas, sampai seminar bisnis. Padahal aqidah dan manhaj sedang mengalami kerusakan biotauhid di dalam diri kita.

 


________________________

 

 

Mungkin sebagian dari kita kemudian bertanya, lantas apa solusinya? Solusi yang sebenarnya sudah masyur kita ketahui yaitu, ucapan mahsyur dari Imam Ibnu Sirin : “Ilmu ini adalah agama, maka perhatikan dari mana kamu mengambil agamamu”. Nasihat Imam Ahmad agar menutup telinga dari syubhat (atau orang-orang tidak kenal / tidak terpercaya yang membicarakan agama ini), pastikan hanya mengkonsumsi yang menghasilkan pemahaman yang bersumber dari dalil-dalil, baik Al Quran dan As Sunnah yang dipahami Para Sahabat, menjaga imunitas iman, menjaga amal dan ibadah, menjaga referensi keilmuan bukan hanya mendengar atau merujuk kepada referensi pendapat pendapat pribadi, cerita lucu, mulut manis, cerita dongeng palsu, cerita dusta khurafat. Jika seandainya kita memerlukan nasihat atau bimbingan, pastikan mengambil agama ini hanya dari guru, ustadz, alim ulama, yang tsiqoh dengan sanad yang jelas, yang terpercaya, atau yang kita direkomendasikan oleh orang yang kita percaya kepadanya, yang benar ahlinya, yang benar tulus mau berusaha memahamkan kita, yang benar mendakwahi kita,  diatas sesuatu yang haq, bukan yang sekedar menyirami hati, padahal sejatinya meracuni dan menyesatkan, dan menjadikan agama ini hanya sebagai sarana berjualan.

 


..Wallahu a’lam..