The Bottom 80%
(Of Civilization and Society)
Para Industrialis dan Kapitalis sangat tahu hal ini, yang mana kemudian inilah yang membantu dan membuat mereka para Industrialis dan Kapitalis akhirnya menjadi Billionaire. Bahwa 80% dari kaum “kelas bawah” adalah orang orang yang pemalas, yang mana mereka (kaum kelas bawah) selalu mencari cara yang enak menurutnya, cara yang mudah, yang mana mereka (kaum kelas bawah) selalu mencari jalan pintas.
Salah satu suku di Indonesia, atau yang bergabung dalam organisasi kesukuan ini. kebanyakannya kita dapati tidak suka bekerja, mereka lebih memilih duduk duduk, ngopi dan merokok di depan tempat usaha orang lain, dibanding berusaha sendiri, dan kemudian mereka memungut Rp 2.000 - Rp 5.000 dari setiap kendaraan yang parkir di situ. (Perihal parkir ini akan kita bahas di lain waktu).
Salah satu suku di Indonesia, atau didapati lebih dari satu suku, kebanyakan lebih memilih menjual tanah (dan aset) turun temurun dari orang tuanya, untuk kemudian membiayai pola hidup penganggurannya. Atau, jika sebagian dari mereka berpola pikir sedikit lebih cerdas mereka akan buat kontrakan kontrakan dan untuk membiayai pola hidup mereka yang pengangguran.
Salah satu suku di Indonesia, atau yang bergabung dalam organisasi kesukuan ini, lebih suka “keroyokan” ketika bekerja. Didapati mereka ini kebanyakan tanpa skill apapun, selain beramai ramai main “keroyokan”, pasang pasang badan, untuk menakut nakuti debitur yang kesulitan membayar hutang, atau menakut nakuti pedagang pedagang kecil dan kemudian memungut “jatah preman”.
Salah satu tipe paling sering ditemui juga pada komunitas kalangan kaum paling bawah dalam strata sosial adalah pekerja / pegawai, alias mereka menjadi budak bagi manusia lain, atau istilahnya “budak korporat”, cara mudah, shortcut untuk mendapatkan penghasilan, padahal dia sedang memperkaya orang lain, dan sejatinya untuk itu, dia tidak dibayar melainkan dengan sangat sedikit.
*********************************
Para Industrialis dan Kapitalis sangat tahu hal ini, yang mana jika sesuatu dilakukan berulang ulang, terus menerus, maka akan terbangun suatu habit (kebiasaan). Kebanyakan orang, alias 80% dari kaum “kelas bawah” berada dalam habit ini, untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mereka kemudian melingkari diri, dengan orang orang yang berpikiran sama dengan mereka, memiliki lingkaran yang sama dengan mereka.
Taukah kamu bahwa 95% dari basis umum cara berfikir kita, sangat dipengaruhi dengan siapa dan dilingkaran apa kita berada. Di mana jika kita dikelilingi bersosialisiasi, atau terasosiasi dengan orang orang yang tidak “bekerja” dengan benar, tidak belajar dengan benar, tidak berpengetahuan dengan baik, tidak memiliki pengetahuan yang baik, maka pada sore hari kita akan menjadi seperti mereka. Cara berfikir kita seperti mereka, cara berbicara kita seperti mereka, bahkan cara berpakaian, cara makan, cara berkehidupan pun kita akan seperti mereka, orang orang yang mengelilingi kita, yang kita bersosialisasi dengan mereka, yang kita terasosiasi dengan mereka. Bahkan kita “menikahi” mereka, mengizinkan mereka masuk “dihidup” kita, bahkan anak anak kita, secara tidak langsung kita didik untuk memiliki cara berfikir yang sama.
Secara tidak langsung kemudian membangun diri menjadi kaum “kelas bawah”, yang tidak memiliki apa pun di dalam dirinya kecuali dia mau memiliki sesuatu secara instan. Para pemalas yang maunya bekerja mencari uang dengan cara yang gampang, jalan pintas, shortcut, dan instan.
Para Industrialis dan Kapitalis sangat tahu akan hal ini. Kemudian dia mengakomodir ini menjadikan banyak orang tetap malas, banyak orang hanya mau yang mudah, jalan pintas, shortcut, instan. Mereka memberikan “gaji”, mereka memberikan “komisi” yang sangat sedikit dengan apa yang mereka hasilkan, dari mengeksploitasi kita, sebagai bentuk validasi kepada kita yang malas, yang maunya mudah, dalam menjalani hidup.
**********************************
Di pucuk yang lain, atau kita sebut “Top of Society”, ada orang orang yang berkumpul dan berlingkaran, memiliki lingkaran, bersosialisasi, dan terasosiasi dengan orang orang non pemalas, mereka rajin, pintar, pekerja cerdas. Mereka sangat paham tentang “The Law Of Attraction” hukum tarik menarik, yaitu seseorang tertarik kepada yang malas dan murah maka dia akan terasosiasi dengan yang malas dan murahan pula, adapun seseorang yang tertarik kepada yang mahal, maka dia akan terasosiasi dengan yang mahal pula.
Jika seandainya kita tahu tentang bagaimana cara otak ini bekerja, bagaimana memiliki kerangka berfikir, bagaimana seharusnya berpola pikir yang “mahal”, bagaimana kita berfikir “mahal”, maka kita akan tertarik / menarik kepada yang “mahal” pula.
Jika seandainya kita tahu ini, semoga kita bisa tercerahkan dan bisa mengubah pola berfikir kita yang selama ini dibuat malas dan dibayar murah maunya hanya jalan pintas, shortcut dan instan. Berubah menjadi memiliki pola pikir yang baik dan benar, yang bekerja cerdas, yang kemudian menghasilkan sesuatu yang mahal, tertarik / menarik diri kita, dan memiliki lingkaran, berlingkaran dan terasosiasi dengan sesuatu yang “mahal” pula.
*********************************
Ingatlah bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda dengan narasi kurang lebih : akan datang suatu masa Kaum Muslimin sangat banyak, namun (hanya) seperti buih di lautan. Alias terombang ambing dibawa ombak, tidak ada artinya.
Ingatlah bahwa maksud Nabi shalallahu alaihi wasallam disini adalah nasihat keterbalikan. Agar kita Umat Muslimin tidak menjadi kaum yang demikian, yang malas, murah, diombang ambing tergantung ikut kepada kepada kaum kafir, kaum musyirikin, kaum yahudi, kaum nasrani, dan murah tidak ada artinya.
..Wallahu a’lam..