...

The Art Of Faux Naif

Artikel - 2 years ago - Tag : Artikel
Author : Abdullah Abdurrahman

The Art Of False Naif, atau seni berpura pura bodoh, adalah salah satu seni terhebat dan senjata dalam mengatasi tekanan didalam hidup. Ada setidaknya 5 keuntungan didalamnya yaitu :

1) Mengurangi beban hidup yang tidak perlu. Dimana seseorang yang terlalu mudah memamerkan pengetahuan ada pada dirinya, dia akan “dikejar” oleh orang orang atas apa yang ada pada dirinya. Dimana itu akan menjadi beban untuk dirinya, apalagi jika dia tidak tau jawabannya, maka dia akan malu, dan kemudian menjadi sibuk menghabiskan waktu yang tidak perlu, untuk mencari tau dari jawaban tersebut, dimana dia sendiri akan teralihkan dari tujuan hidupnya.

2) Bertahan, yaitu bertahan dari orang orang yang berkuasa. Dimana orang orang yang berkuasa  ini, biasanya akan  merasa terancam ketika ada seseorang yang intelegensinya tinggi, apalagi jika orang itu cerdas. Mereka akan mulai melakukan tekanan tekanan, kepada orang orang yang cerdas ini, karena takut tersaingi. Mereka takut posisi mereka sebagai penguasa digeser oleh orang yang cerdas ini.

3) Hemat waktu, relate dengan poin pertama, lebih baik kita menghabiskan waktu untuk “healing” mengerjakan sesuatu yang bermanfaat untuk diri kita, baik dari segi muamalah, ataupun memperbanyak ibadah, atau aktivitas positif lainnya yang menyenangkan diri.

4) Mengurangi Haters, memperbanyak kawan, misal dalam sebuah diskusi, atau obrolan santai sehari hari, ada seseorang yang “berani” menyampaikan opininya, kemudian kamu tau bahwa opini tersebut salah, karena kamu memiliki fakta ilmiahnya, tetapi kamu memilih untuk “pura pura” tidak tau, maka ini akan membuat nyaman diskusi tersebut. Sebaliknya, jika kamu melakukan sanggahan demi sanggahan, walaupun kamu benar, maka kamu akan memiliki banyak “musuh” karena gesekan gesekan dari diskusi diskusi dengan kawan kawan tersebut.

5) Memberikan kesempatan bagi orang lain untuk bermetamorfosis, seperti ulat yang kita beri waktu untuk menjadi kupu kupu. Jika sedikit sedikit kamu selalu mengambil alih, maka mereka tidak akan berkembang, mereka tidak mencari tau sendiri, dan berproses dari dirinya sendiri.

Karena itu, misalkan kamu tergabung dalam sebuah perkumpulan, komunitas, forum, atau grup, maka tahanlah dirimu, biarkanlah mereka berproses, berdiskusi, belajar, berkembang, sehingga suatu saat mereka akan mendapati kesimpulan yang benar, dari usaha mereka untuk belajar.

Seni ini adalah seni berpura pura “bodoh”, namun bukan “berbohong”. Kuasailah seni ini, bagaimana kamu bisa memberikan tanggapan, jawaban, tetapi tanpa harus berbohong, tanpa perlu menampilkan semua pengetahuanmu. 

Adapun pada saat tertentu, situasi genting, situasi penting, kamu tidak boleh lagi berpura pura tidak tau, atau berpura pura bodoh, melainkan kamu harus menampilkan dirimu yang sesungguhnya, berikan jawaban yang benar, solusi yang tepat. 

Adapun juga dimana dalam situasi yang mana kamu memang harus menampilkan kecerdasanmu, maka boleh kamu mempertimbangkan untuk tidak menggunakan seni ini. 

Adapun seni ini hanya bisa digunakan untuk orang orang yang benar benar cerdas yang bisa berpura pura bodoh, karena orang yang tidak sebenarnya cerdas maka dia tidak bisa berpura pura bodoh, melainkan suatu saat akan ketahuan bahwa dia bukan berpura pura bodoh, tetapi benar benar bodoh.

*****

Dalam ranah agama pernah kita dapati riwayat, dan riwayat ini lemah, sekali lagi riwayat lemah boleh menjadi referensi selama tidak berkaitan dengan Tauhid, Aqidah, atau Ibadah, dimana 

Nabi shallalallahu alaihi wasallam pernah melakukan seni ini, dimana beliau ditanya oleh seseorang algojo kafir yang mencari seseorang sahabat (dimasa Islam masih sangat lemah / sedikit pengikutnya), dijawab beliau dengan “sejak aku berdiri disini aku tidak pernah melihat orang yang kau cari”, padahal nabi shallallahu alaihi wasallam menggeser posisi berdirinya satu dua langkah, dari posisi berdiri sebelumnya. 

Walaupun mungkin riwayat ini lemah, namun riwayat ini, diabadikan dalam riwayat riwayat hadits, dibawakan oleh banyak Ulama, sebagai referensi bahwa berpura pura bodoh itu adalah boleh, tergantung dan sesuai sikon yang ada. Sekali lagi walaupun riwayat ini lemah.
_

Dalam ranah agama kita dapati justru sebaliknya, banyak orang orang yang bodoh, namun dia berpura pura pintar, dia tidak memahami ilmu tersebut, tidak tau, tidak mengerti, tetapi dia posting disana sini, forward sana sini, share sana sini, di grup kantor, grup keluarga dll, dimana ini malah membuat kerusakan hubungan, dan kerusakan dalam agama. 

Dalam ranah agama, dakwah hanya wajib kepada target wajib dakwah kita yaitu Istri, Anak, dan orang orang yang tsiqoh, serta orang orang yang benar benar bertanya kepada kita. Adapun orang tua, kakak, adik, keluarga lain, orang lain bukan target wajib dakwah yang harus kita tunjukkan semua ilmu dan kecerdasaan agama kita. Adapun untuk orang lain maka sebaik baik metode dakwah yang dianjurkan adalah melalui teladan, melalui contoh, adab, budi perkerti, dan pengamalan pengamalan Iman dan ibadah kita. 


..Wallahu a’lam..