...

Terbang

Artikel - 2 years ago - Tag : Artikel
Author : Abdullah Abdurrahman

Seandainya aku punya sayap, aku ingin terbang??? Saya yakin kita semua pernah membayangkan hal ini, salah satu “super power” dimana kita pernah inginkan hal ini. Terbang.

Enak banget ya kalau kita bisa terbang? Kalau mau kemana mana, kita tinggal kepakkan sayap dan. Terbang.
___

Padahal, terbang itu tidak semudah, tidak senyaman, dan tidak semenyenangkan seperti yang kita pikirkan. Padahal untuk bisa terbang, kita perlu mengepakkan sayap dan dengan berat badan kita saat ini, berarti seberapa besar energi yang perlu kita keluarkan untuk bisa sekedar menerbangkan diri kita dari tanah, belum berpindah tempat menuju tempat yang kita tuju, berapa besar energinya?

Jika, kita membayangkan terbang itu bakal adem, dingin, kena angin, yang ada kita akan keringetan, gerah, dan panas.
___

Ketika kita berfikir bahwa sebegitu menyenangkannya ketika kita bisa terbang, padahal, ketika kita bisa terbangpun, ternyata tak semenyenangkan itu, dan mungkin kita juga tidak akan sering melakukan itu, walaupun kita bisa terbang.

Similar seperti misalnya kita bisa berjalan, namun kita memilih untuk naik motor, naik mobil, atau naik kendaraan, dengan alasan “males jalan”

Similar seperti misalnya kita bisa terbang, mungkin kita tetap akan memilih naik pesawat, atau helikopter untuk terbang, karena ternyata terbang tidak semenyenangkan itu, capek, jauh, “males terbang”

*****

Disinilah menariknya manusia,
kita punya kecenderungan berfikir,  “apabila kita mendapatkan sesuatu yang tidak kita miliki, maka kita pasti akan bahagia”, tetapi ketika kita sudah ada pada situasi tersebut, ternyata tidak bahagia juga.

Disinilah menariknya manusia,
kita punya kecenderungan tidak bahagia dengan apa yang kita miliki, dan mengkomparasi dengan menginginkan yang tidak kita miliki, untuk bisa bahagia, padahal ternyata tidak bahagia juga.
___

Seseorang yang lumpuh, cacat, atau misal dalam kondisi difabel, atau keterbatasan tertentu sehingga tidak bisa berjalan, akan uring uringan, menyesali hidupnya, depresi, kecewa, putus asa, ingin mati saja, jika dia menginginkan kehidupan seperti orang lain yang bisa berjalan. 

Seseorang yang bisa berjalan, malah biasanya tidak mensyukuri itu, dia malah sedikit sedikit naik motor, naik mobil, naik kendaraan, naik lift, baik eskalator, padahal dia bisa berjalan. Kemudian dengan tidak bersyukurnya orang ini, dia kemudian malas, mungkin sakit, dan malah tidak bisa berjalan

Seseorang yang lumpuh, cacat, atau misal dalam kondisi difabel, atau dalam keterbatasan tertentu sehingga tidak bisa berjalan, namun mensyukuri hidupnya, dia akan sangat produktif misal tokoh fenomenal yang menjadi sumber inspirasi banyak orang yaitu Nick Vujicic.

Seseorang yang bisa berjalan, namun dia mensyukuri itu, dia akan sering berjalan, olahraga, treadmill, naik tangga, dan outputnya dirinya menjadi Insya Allah lebih sehat. Dia tidak sibuk dalam lamunan seandainya aku bisa terbang padahal tidak akan bisa terbang, dan malah dia mensia siakan kebisaannya untuk berjalan.

Seseorang yang sudah punya pasangan, sudah punya kehidupan, kadang berfikir, seandainya dia bisa “terbang” kepasangan atau kepada kehidupan yang lain, yang kelihatannya lebih menyenangkan, padahal tidak semenyenangkan itu.

Ketika kita berfikir bahwa sebegitu menyenangkannya ketika kita bisa terbang dari pasangan kita, kehidupan kita bersama seseorang dan kehidupan yang lain padahal, ketika kita bisa terbangpun, ternyata tak semenyenangkan itu, kita masuk dan meresikokan diri kepada kehidupan yang lebih “ribet”, mungkin tidak membuat kita lebih bahagia.

“Rumput tetangga lebih hijau, ternyata tidak sehijau itu, kita menginginkan orang lain , padahal kita memiliki seseorang dihidup kita, kita merasa hidup orang lain lebih bahagia dari kita, padahal kitapun sudah punya kehidupan.


Jika, kamu membaca ini dengan intelektualitas, dan mengerti, mampu memahami apa yang dimaksud selain yang tersurat, melainkan maksud yang tersirat, maka kamu termasuk orang cerdas. Adapun tidak mampu memaknai tulisan diatas dengan benar, mungkin kamu masih (maaf) “bodoh” 

*****

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللّٰـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.

Lihatlah kepada orang-orang yang lebih rendah daripada kalian, dan janganlah kalian melihat kepada orang-orang yang berada di atas kalian, karena yang demikian itu lebih patut bagi kalian, supaya kalian tidak meremehkan nikmat Allâh yang telah dianugerahkan kepada kalian.” (Bukhari Muslim)

Allah Azza wa Jalla berfirman:

فَمَن يُرِدِ اللَّهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ ۖ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ ۚ كَذَٰلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ

“Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (Al-An’aam/6: 125)

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

مَن شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِّن رَّبِّهِ ۚ فَوَيْلٌ لِّلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ

“Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima) agama Islam lalu dia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan orang yang hatinya membatu)? Maka celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (Az-Zumar/39: 22)

Allah Azza wa Jalla berfirman:

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ

“Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika (Allah) mengutus seorang Rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, mensucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur-an) dan Hikmah (As-Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Ali ‘Imran/3: 164)

Adapun, jika kamu benar benar cerdas, perhatikan beberapa Dalil yang dilampirkan diatas, apakah kamu mengerti dan memahami bahwa sebenar benarnya nikmat dan dimana kamu harus harus harus sangat mensyukuri itu, menjaga itu, memelihara itu adalah Nikmat Hidayah.

Nikmat Hidayah, ada dua yaitu : Nikmat Iman (Islam), dan Nikmat Sunnah (Nikmat memahami dan menjalankan syariat Islam). 

Orang orang yang diberi oleh Allah kesempatan berupa nikmat Islam, adalah kebersyukuran luar biasa, tidak semua orang mampu mensyukuri ini. 

Orang orang yang diberi kesempatan nikmat Islam ini, belum juga tentu Allah beri nikmat Sunnah, sebuah nikmat yang berada pada puncaknya baik didunia, dan di akhirat (nikmat ini bisa membawa kita mencapai Surga Firdaus), sebuah nikmat yang jauh - jauh - jauh - jauh - jauh lebih baik dibandingkan sekedar “nikmat Islam”. 

Level kenikmatan memahami Agama dan menjalankan syariat Islam secara kaffah, akan membuat orang orang pada level nikmat Islam hanyalah nikmat yang “sekedarnya”.

Level Islam membawa kita pada golongan yang 72 (tujuh puluh dua), dimana orang orang Islam golongan yang mendapat nikmat Islam ini masih dipastikan masuk dulu kedalam neraka. Sedangkan nikmat Sunnah, nikmat memahami dan menjalankan Sunnah, akan mengantarkan kita pada golongan yang 1 (satu), dimana Rasul dan Para Sahabatnya ada didalamnya, bersama Al Jamaah, atau istilah lain kita kenali dengan Al Ghuroba; Ath Taifatul Al Mansyuro, Ahlussunnah Wal Jamaah; As Salaf. Dimana yang golongan yang 1 (satu) ini Insya Allah tidak dahulu mampir di Neraka, melainkan langsung “jalur VVIP” langsung ke Surga.
___

Jika kita bisa berjalan dan ingin terbang, ini sia sia, karena sesungguhnya kita tidak akan pernah bisa terbang. Sedangkan jika kita sudah mendapati nikmat Islam dan ingin mendapati nikmat Sunnah, ini sungguh sungguh masih mungkin untuk kita dapati.

Jadi, hidayah yang sudah ada ini, sangatlah wajib kita syukuri, nikmati, jangan malah silau dengan godaan nikmat nikmat duniawi yang sangat menipu dan sementara, dan berakhir sengsara.

Jadi, kamu ada pada level nikmat yang mana

Nikmat duniawi? (Ups!!!)

Maksud saya :

1. Nikmat Islam? atau
2. Nikmat Sunnah?


..Wallahu a’lam..