...

Sistem Demokrasi (Part 2)

Artikel - 1 year ago - Tag : Artikel
Author : Abdullah Abdurrahman

Bagaimana Kaum Muslimin seharusnya menyikapi dan memahami perihal Sistem Demokrasi ini ?

 

Tuntunan agar selamat dunia dan akhirat adalah Al Quran, belajarlah Tauhid, jika kita memahami Tauhid, jika kita bertauhid, jika kita yakin kepada Allah dan Rasul-Nya, maka disitu sudah lengkap semua pemahaman dan solusi atas segala perkara.

 

Misal, perkara pemimpin. Didalam Islam dipahami bahwa pemimpin itu adalah representasi (mayoritas) rakyatnya, jika (mayoritas) rakyat baik, maka pemimpin baik, jika (mayoritas) rakyat buruk maka pemimpin buruk. Dimana jika kita mau punya pemimpin yang baik pastikan kita menjadi rakyat yang baik dahulu, dan niscaya Allah akan beri (hadiah) yaitu pemimpin yang baik.

 

Bagaimana kita mau miliki pemimpin yang baik, paham Al Quran dan Sunnah, sedangkan (mayoritas) kita sendiri tidak paham Al Quran dan Sunnah. Bagaimana kita mau punya pemimpin taat agama, kita sendiri (mayoritas) tidak taat agama. Bagaimana kita mau punya pemimpin yang tidak “cawe cawe” sedangkan ketika kita ditilang saja kita minta damai. 

 

Bagaimana kita punya pemimpin yang baik jika kita tidak nyoblos? Justru karena (mayoritas) dari kita masih nyoblos, maka terpilihlah dia. 

 

Padahal jika (mayoritas dari) kita tidak mengikuti sistem ini, sepi, tidak laku, maka sistem ini akan diganti. 

 

Padahal jika (mayoritas dari) kita misal tidak nyoblos, maka apakah salah satu diantara paslon akan terpilih? jawabannya tidak, karena Sistem Demokrasi berbasis mayoritas, misal :

 

60% tidak memilih

15% paslon A

10% paslon B

5% paslon C

 

Apakah paslon A menang?

Jawabannya -> Tidak

 

Karena 60% rakyat tidak memilih di A ini (silahkan cek literatur-literatur demokrasi dan politik). Kemudian akan diberlakukan sistem baru, model baru, metode lain, cara lain. Misal, cara yang sesuai dengan tuntunan Islam.

 

************************

 

Sebagaimana “Piramida Kapitalisme” yang kita bahas sebelumnya, jika mayoritas orang keluar dari sistem ini, maka sistem ini akan roboh, atau hancur.

 

Padahal, jika kita mengikuti tuntunan agama ini, bertauhid, mengikuti Al Quran dan Sunnah, dan mayoritas kita tidak bodoh, tidak ikut akan sistem lemah dan rapuh ini, tidak ikut-ikutan, sistem ini akan tidak laku, sistem ini akan roboh, dan hancur, dan kemudian masyarakat yang bertauhid, paham Al Quran paham As Sunnah, akan dihadiahi Allah pemimpin yang baik pula.

 

Sistem Demokrasi ini sistem yang sangat lemah, rapuh, dan ringkih. Pada bahasan sebelumnya dijelaskan, Sistem Demokrasi ini mungkin hanyalah sekedar namanya saja, dimana padahal, orang-orang yang sedikit tapi kuat, yang berduit, maka dialah yang berkuasa. Ini kenyataan dan fakta dimana ini pernah terjadi di Indonesia dari tahun 60an sampai akhir tahun 90an dan dimana sistem buruk ini akhirnya roboh, hancur, digulingkan, oleh mayoritas rakyat yang tidak mau mengikutinya.

 

Sistem Demokrasi yang buruk ini, anehnya diulangi lagi oleh sebagian besar dari kita dengan versi model baru yaitu “Reformasi Demokrasi”, dimana dalam rangka memimpin Negara, bikin aturan-aturan sendiri, semua orang bisa jadi pemimpin, semua orang bisa milih, kita ikut didalamnya, dan akhirnya terpilihlah pemimpin-pemimpin yang tidak bisa memimpin, dia berhutang, dia korup, dia memperkaya diri, dan golongannya. 

 

Sistem Demokrasi ini, menghabiskan 70.5 Triliyun lebih, untuk memilih pemimpin, sangat berpotensi terjadi kecurangan, perdebatan tidak berkualitas, bukan berdebat adu pemikiran bagaimana memajukan bangsa ini, tetapi kita dipertontonkan mencari kesalahan, meroasting, menghina, tidak sopan, tidak santun, diluar konteks debat, mengeroyok salah satu paslon, dan format seperti ini difasilitasi dan dianggap benar.

 

Sistem Demokrasi ini akhirnya melahirkan pemimpin yang juga tidak independen, dia petugas partai, dia diusung partai, dia ketua partai, dia terikat dengan suatu kaum. Dia tidak bisa memimpin, mengatur, membuat kebijakan, dan tidak berdaya apa-apa, tanpa persetujuan mayoritas parlemen, dimana siapapun pemenangnya (misal okelah) pilpres menang 50% suara lebih, namun suara partai pendukungnya di parlemen hanya 20-30%, dimana suara partai pengusung paslon yang kalah akan 70-80%, dan nanti ujung-ujungnya konsolidasi, koalisi juga.

 

*************************

 

Sebagaimana sistem ini lemah, dan rapuh, dan sistem ini faktanya pernah roboh, hancur, kala mayoritas rakyat tidak mengikutinya.

 

Maka biarkan saja sistem ini berjalan tanpa kita perlu ikut-ikut didalamnya. Sibukkan diri kita memahami Tauhid, Al Quran dan As Sunnah, agar memahami solusi dari semua fenomena dan perkara. 

 

Bagi kita yang sudah belajar, paham, yakin akan Tauhid, pasti tau bahwa solusi dalam mencari pemimpin bukanlah sebagaimana yang terjadi hari ini. Sistem ini tidak lain hanya pembodohan dan membodoh-bodohi kita, agar kita ikut terlibat, ikut memilih, malah ikut mengantarkan mereka-mereka kepada kekuasaan, yang kemudian mereka akan ngutang, riba, korupsi, mementingkan golongannya. 

 

Maka biarkan saja, walaupun ada foto orang-orang di pohon, di jembatan, di trotoar, flyover, underpass, yang tidak kita kenal siapa mereka apa kontribusinya bagi kita, namun minta kita pilih, mengatakan wajib memberikan suara untuk mereka, padahal ini hak, biarkan saja. Sibukkan diri dengan mempelajari Tauhid, memahami Al Quran dan Sunnah, dimana semua solusi atas semua perkara ada didalamnya. 

 

Jika kemaslahatan umat diserahkan untuk diurus oleh orang-orang tidak mampu memimpin (bodoh), maka tunggulah kehancurannya. Misalkan nanti seiring waktu, hutang tidak terkendali, inflasi, penjajahan ekonomi kaum kapitalis, lalu keseimbangan dunia berlaku, sistem ini roboh, runtuh, hancur, akan ada demo besar, pemakzulan, pendudukan istana, pendudukan gedung rakyat, kudeta, pemberontakan, karena buruknya hasil dari sistem kepemimpinan ini, kita tidak perlu ikut-ikutan. Kita sibuk mempersiapkan ketakutan kita yang sebenarnya yaitu perihal akhirat, toh ketakutan dunia itu belum tentu kita alami, belum tentu umur kita sampai, toh yang terpenting kita memahami tauhid, memahami bagaimana kita bersikap, solusi, atau semua perkara dunia. Biarkan saja, karena dunia ini toh memang tempat mereka orang kafir, musyrikin, munafikin, fasik, fajir. 

 

Adapun banyak diantara kita Kaum Muslimin sibuk mempelajari Al Quran dan Sunnah, kita memahami tauhid, nanti akan banyak (mayoritas) diantara kita (rakyat) yang baik, yang bertauhid, yang paham Al Quran dan As Sunnah, maka nanti akan tampil seorang pemimpin yang baik, hadiah dari Allah, yang mampu memimpin Kaum Muslimin meraih kejayaannya lagi. Dimana pastikan kita berperan serta dan berada didalamnya.



 

Tentu masih banyak lagi, namun akan sangat panjang dan tidak memungkinkan dibahas semua disini. Maka dengan yang sedikit ini dicukupkan, semoga semakin mendekatkan dengan pemahaman sebagaimana Salafush Shalih, sebagaimana kita sebagai Kaum Muslimin seharusnya memahami.



 

..Wallahu a’lam..