...

Selamat Dari Hawa Nafsu

Artikel - 1 year ago - Tag : Artikel
Author : Abdullah Abdurrahman

Perbedaan malaikat dan manusia adalah nafsu. Malaikat adalah makhluk yang diciptakan tanpa nafsu, sedangkan manusia diciptakan dengan nafsu. Mengenai nafsu, sudahkah kamu berkenalan dan mengenal serta mengendalikan nafsu?

Jika ditanya, bisakah kamu mengendalikan nafsu? Sebagian besar pasti menjawab bisa. Jika ditanya, bagaimana caranya mengendalikan nafsu? Mmmmm.. bingung.. tidak tau..

Baiklah berikut kita akan bahas dan mengenal lebih jauh tentang nafsu dan bagaimana mengendalikannya.

*****

Jika seseorang benar benar bertauhid, beriman, percaya penuh terhadap Tuhannya, terhadap Agamanya, terhadap firman Allah Azza Wa Jalla, terhadap sabda Rasulnya shallallahu alaihi wasallam, orang orang yang tidak bisa mengendalikan nafsunya, orang orang ini lebih hina dari binantang, orang orang ini kelak niscaya pasti akan dibakar di Neraka, dll. Sebaliknya jika mampu mengandalikan atau mengalahkan nafsunya maka Surga yang sangat indah adalah balasannya. Tidak perlu lagi membahas tentang nafsu ini berpanjang lebar melainkan akan ditaklukkannya rasa nafsu yang ada didalam dirinya.

Adapun teruntuk orang orang beriman lemah, yang tauhidnya tipis, atau bermental tempe, jiwa jiwa yang mudah kalah, tetap tidak mengerti, kurang kurang iman dan percaya, bahwa Neraka itu pedih, dan Surga itu Indah, baiklah kita bahas versi versi akademik, mengenali apa itu nafsu, dan bagaimana mengendalikannya.

Disclaimer. Ilmu ini sungguh sungguh MAHAL, karena dengan mengetahui ini, pembaca sekalian bisa mengendalikan nafsu, terhindar dari dosa, syubhat, terutama syahwat, dan maksiat, terhindar dari Neraka dan insya Allah masuk Surga, aamiin. Maka silahkan dibaca dengan sungguh sungguh dan seksama.
___

Menurut penelitian akademik, dan berbagai research dari para pakar ilmu yang terkait, Nafsu atau “Craving” itu, seperti “Waving” (wave) atau ombak. Nafsu (Crave) memiliki pola seperti ombak (Wave) yaitu :

1. Trigger, ada yang memicu (faktor pemicu)
2. Rise, semakin intens dalam sekejap
3. Peak, sedang tinggi tingginya
4. Fall, menurun, melandai

Sebagaimana ombak, ketika ada yang mentriggernya atau faktor pemicunya, misal : bergesekannya 2 lempeng bumi, gempa bawah laut, angin badai, maka akan memicu ombak, dimana ombak ini akan meninggi seiring waktu, kemudian ombak ini akan mencapai ketinggian pada level tertingginya, kemudian turun, melandai atau mereda.

Ingat kata kuncinya disini, bahwa ombak yang besar, ketika didiamkan, atau dibiarkan seiring waktu, maka akan surut juga dengan sendirinya. Ingat, bahwa tidak ada nafsu yang konstan, atau tetap, terus menerus.

Sayangnya, karena kebodohan, ups! maksud saya, hukum asal manusia itu adalah bodoh, otak kita tidak menyadari akan hal ini. Dimana ketika nafsu sedang memuncak, craving sedang memuncak, kita malah merespon bahwa itu harus dipenuhi, itu yang harus dilakukan saat itu juga.

Untungnya, untuk mengatasi problem ini, ada metode ampuh yang sudah teruji oleh para peneliti, pakar, profesional, termasuk dokter dokter dalam mengatasi adiksi. Yaitu : 3D

1. Delay (Tunda)
2. Distract (Alihkan)
3. Decide (Tentukan)

Ketika, ada faktor pemicu yang mentrigger nafsu atau craving ini muncul, jangan direspon, melainkan “delay”, atau tunda untuk merespon hal ini. Tunda ambil keputusan, atau tindakan apapun selama beberapa waktu, misal 30-60menit. Kemudian “distract” atau alihkan, lakukan pengalihan, lakukan sesuatu yang mengambil atensi, atau perhatian kita, bisa, berjalan; nelfon; membaca; olahraga; melakukan hal lainnya; dst. Kemudian “decide”, atau putuskan, silahkan kemudian putuskan kita akan melakukan apa setelahnya, sekali lagi putuskan akan melakukan apa, ketika nafsu, atau craving pada fase “fall” atau sudah menurun, mereda. Adapun misal masih ada rasa ingin melakukan suatu nafsu, craving tersebut, maka tandanya kita masih berada di fase “peak”. Ulangi, kembali ke langkah sebelumnya yaitu tunda “delay” kemudian alihkan “distract”.  Dimana ketika ombak craving tersebut sudah mulai surut, kita bisa memasukkan pikiran yang lebih rasional.

Minimalisir, jauhi selalu hal hal yang mentrigger, memicu kita terhadap hawa nafsu, misal : visual, gambar, atau video, bisa juga aroma, lokasi, teman, lingkungan, suasana tertentu, tempat tertentu, emosi tertentu, dan lain sebagainya.

*****

Jika ditelisik kembali, penelitian ini ternyata sama dan sejalan dengan rekomendasi, kisi kisi, tuntunan di Agama kita beribu ribu tahun yang lalu, jauh sebelum dilakukan penelitian ini, yaitu :

Seseorang Muslim, bukan hanya sekedar dilarang minum khamr, berbuat zina, atau kemaksiatan lainnya. Namun mendekatinyapun jangan. Menjauhkan diri dari faktor pemicu (trigger)

Seseorang Muslim yang “jomblo”, dalam rangka menahan syahwatnya, dituntunkan perbanyak puasa, ini pengalihan.

Seorang Muslim, yang senantiasa diperintah melakukan shalat, maka seharusnya ini berkolerasi terhadap setiap tindakannya, karena shalat adalah tiang agama. Adapun orang ini shalat jalan tetapi maksiat tetap jalan, maka shalat orang yang demikian adalah shalat yang sia sia (tidak menjadi tiang bagi agamanya).

Dan tentu banyak Dalil Dalil lainnya.

Saya tambah satu lagi, jika metode diatas adalah 3D, maka saya tambah 1D lagi menjadi 4D yaitu tentunya : Berdoa, jangan lupa mintalah kepada Allah.

‎وَعَنْ زِيَاد بْنِ عِلاَقَةَ عَنْ عَمِّهِ ، وَهُوَ قُطْبَةُ بْنُ مَالِكٍ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : كَانَ النَّبِيُّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَقُوْلُ : (( اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلاَقِ ، وَالأَعْمَالِ ، وَالأَهْوَاءِ )) . رَوَاهُ التِّرْمِذِي ، وَقَالَ : (( حَدِيْثٌ حَسَنٌ)) .

Ziyad bin ‘Ilaqah meriwayatkan dari pamannya, yaitu Quthbah bin Malik radhiyallahuanhu, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan :

 “ALLAHUMMA INNI A’UDZU BIKA MIN MUNKAROOTIL AKHLAAQI WAL A’MAALI WAL AHWAA’”

Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari akhlak, amal, dan hawa nafsu yang jelek.” (Tirmidzi)

*****

Ternyata, jauh jauh sudah ada tuntunan dari Agama kita, bagaimana cara  cara selamat dari hawa nafsu. Bagi orang orang beriman lagi cerdas, hal ini tentu sangat mudah sekali dipahami untuk kemudian diimplementasikan. Adapun misal kita masih sulit melihat dan memahami setelah datang cahaya yang terang benderang, apa jangan jangan kita ini kurang kurang iman, lagi bodoh.


..Wallahu a’lam..