Didalam hidup ini, ada satu skill, lebih tepatnya soft skill, yang wajib kita kuasai atau kita miliki, namun kebanyakan diantara kita tidak memilikinya, yaitu : “Resilience”.
Bagi kita yang hidup, tentu tidak lepas dari “Habluminallah - Habluminannas”, berhubungan atau berkoneksi dengan Allah maupun sesama manusia. Dimana pada prakteknya semua tidak selalu mulus, atau selalu menyenangkan. Ada kalanya kita menghadapi naik turun, pasang surut, suka duka, semangat dan tidak, serta lainnya.
Terlebih bagi yang hidup di perkotaan, misalkan bekerja di Jakarta, sebagai karyawan, pegawai, budak korporat (terlebih swasta), yang akan terus bersinggungan dengan tantangan yang tidak mudah.
Misal karyawan di daerah perkantoran SCBD, gaji yang kecil (sebagian besar diantaranya UMR++), namun dituntut gaya hidup yang tinggi, fashionable, tumbler corkcicle, lanyard coach, iphone, airpods, macbook, makan di cafe, ngopi kekinian, parkir yang mahal (tidak semua korporasi menanggung parkir karyawannya), traumatic experience di Stasiun Manggarai (lautan manusia / desak desakan / antri super lama, dll). Bekerja pada perusahaan multinasional company (China, Jepang, Korea, dll) dengan pressure fisik dan mental yang tinggi., dibentak bentak CEO, dilempar paper, dimaki maki client, persaingan kotor antar karyawan, dikhianati teman, ditikung kompetitor, “ditusuk” dari belakang, entertainment dunia malam, lembur, kurang tidur, pulang jam 4 pagi, masuk jam 9 pagi lagi sudah menjadi hal yang biasa. Menyebabkan hidup tidak lagi indah melainkan penuh tekanan, di dalam toilet toilet gedung perkantoran terdengar suara orang menangis tidak jarang kita temui.
Dalam menjalani kehidupan yang demikian, bukan hal baru, stress, depresi, bipolar, gangguan jiwa, gangguan mental, tekanan mental, tekanan batin, terjadi pada diri diri kita. Maka skill “Resilience” ini, adalah skill yang harus atau seakan “wajib” kita miliki.
*************************
Resilience : adalah skill untuk mengelola rasa putus asa, rasa ingin menyerah, rasa tidak sanggup, rasa kalah, rasa down, rasa sakit, untuk kemudian kembali ke perasaan positif dengan cepat setelah mengalami suatu kondisi yang menantang, bangkit setelah mengalami kejadian kejadian sulit dalam hidup. Jangan salah, untuk memiliki skill ini perlu waktu, kekuatan, dan keberanian. Skill ini tidak bisa tiba tiba ada, melainkan perlu waktu untuk dilatih agar berani dan kuat untuk bangkit kembali.
Bukan hanya pada perkara di dunia “budak korporat SCBD”, melainkan kita menghadapi hal serupa misal pada perkara sales yang terus menerus ditolak jualannya, pedagang yang sepi, peternak yang ternaknya gagal panen, petani yang gagal panen, usaha namun bangkrut, dan lainnya. Diperlukan skill yaitu Resillence ini yaitu skill yang mampu membuat kita tetap bangkit setelah keterpurukan.
_____
Ingatlah bahwa jika kita tidak memiliki skill ini maka resikonya, atau yang akan kita hadapi adalah kegagalan, atau keterpurukan yang lebih dalam, kerugian dan beban yang lebih berat.
Kita resign, nganggur, lari kepada minuman keras, obat obatan, narkoba, pergaulan yang salah, terjerumus perselingkuhan, rumah tangga hancur, anak anak terlantar, keluarga berantakan, biaya hidup tidak terpenuhi, cicilan nunggak, hutang banyak, didatangi kolektor, bahkan masuk rumah sakit jiwa, dll.
Ingatlah bahwa didalam hidup ini tidak semuanya akan mulus, akan senang, akan suka, project akan goal, persentase diterima client, dagangan laku, jualan laris, dipuji atasan, dll. Melainkan akan ada banyak tantangan dan halangan, ada kompetitor, ada persaingan, ada faktor market, faktor ekonomi dan daya beli, faktor lingkungan, faktor cuaca, faktor alam, dll. Dimana akan terjadi tantangan yang tinggi, pressure yang tinggi, ekspektasi yang tinggi, dll.
Namun kita jangan lupa, ingatlah juga bahwa setelah tantangan demi tantangan yang berat itu, dan kita mampu bertahan, ada tanggal 25 atau tanggal 1 dimana kita gajian, ada 6 bulan - 1 tahun sekali dimana kita menerima bonus, ada waktunya panen, ada komisi cair, dll. Dimana kita bisa bertahan hidup, memenuhi biaya hidup, mampu membayar listrik, belanja rumah, sekolah dll, bisa pula kita memanjakan diri dengan beli barang yang kita suka, refreshing, menyenangkan orang tua, keluarga, dll.
*************************
Resilience : adalah skill untuk tetap dalam ketenangan menghadapi segala sesuatunya, dan kita memulai lagi, mengulanginya lagi, bangkit setelah hal hal yang tidak mengenakkan, menyadari bahwa tidak selalu senang, melainkan ada duka, bukan hanya mampu mengelola rasa senang, namun juga mampu mengelola rasa tidak menyenangkan, skill yang mampu menyadari bahwa setelah kesulitan akan ada kemudahan, setelah kegagalan akan ada keberhasilan, setelah negatif akan ada sesuatu yang positif, memahami benar jika tidak memiliki kemampuan ini, maka akan ada keterpurukan, kerugian yang lebih berat dan dalam.
Pintar pintar atau pandai pandai-lah dalam menjalani dan mengelola kehidupan ini, tidak perlu terlalu “baper”, tidak perlu terlalu sensitif, tidak selalu harus dimasukkan kehati, tidak terlalu melow, tidak panikan, tidak grasa grusu, tidak berekspektasi berlebihan, menghindari diri dari orang orang atau lingkungan toxic, bisa dengan menekan standar hidup, menaikkan kualitas hidup, bangun lebih pagi, lebih effort dalam menjalani tugas, jobdesk, jualan, dagang, melakukan “extra mile”, memiliki nilai tambah, menjalin relasi dengan baik, memiliki kemampuan managing up (servis) yang baik, memiliki rasa kebersyukuran, tidak kufur nikmat, “its okay to be depressed”, tidak mengapa mengurung diri sejenak, berdiam diri. “meditasi”, berpikir, menenangkan pikiran, mengalihkan fokus sejenak, bahkan menangis sejenak, berteriak (misal di dalam mobil), tetap mampu menghindar dari pelarian ke hal2 negatif, melarikan ke ibadah, berdoa, shalat malam, dll.
*************************
Begitupun pada ranah “Habluminallah”. Terkadang ada rasa bosan, futur, ingin berhenti, ingin menyerah, ingin berbalik arah, maka skill Resilience sangat perlu kita miliki. Mampu mengelola rasa tersebut, dan kemudian bangkit kembali, dari keadaan keadaan, kondisi, atau situasi, perasaan, yang negatif.
Tidak selalu, hidup ini kita lewati dengan menyenangkan dan itu biasa, ada kalanya Allah beri kita cobaan / ujian dalam bentuk kesulitan, kesusahan, kemudahan, semangat, kebosanan, kejenuhan, kekayaan, kemiskinan, dll, dan itu normal. Kemampuan menyadari sehabis kesulitan akan ada kemudahan, menyadari bahwa beragama ini tidak selalu menyenangkan melainkan akan ada tantangan, rintangan, kesulitan, kesukaran, ujian yang berat, dll.
Namun bukan berarti kita menyerah, lantas jatuh terpuruk kepada situasi negatif yang lebih dalam, jatuh kepada kefasikan, kemaksiatan, kebidahan, kekufuran, bahkan kekafiran. Melainkan mampu untuk bangkit kembali, tetap istiqomah, tetap dalam keadaan beriman, beribadah yang benar, tetap meniti di jalan yang lurus.
Jika kesulitan melanda, futur, bosan, berat, sulit, dll, maka pastikan kita tetap melakukan ibadah yang wajib, tetap berada dekat dengan orang orang sholeh, lingkungan yang sehat, dan pastikan kita tidak menyentuh, menceburkan diri kedalam sesuatu yang dilarang, menjaga diri, tidak mendekatkan diri kita pada orang orang, lingkungan, informasi, pengaruh, keadaan, situasi yang syubhat, apalagi yang haram.
..Wallahu a’lam..