Paradox adalah sebuah pernyataan yang seolah-olah bertentangan atau berlawanan dengan asumsi umum, tetapi dalam kenyataannya mengandung sebuah kebenaran. Dalam ilmu sastra, paradoks termasuk ke dalam kategori ketidaklangsungan ekspresi yang berwujud penyimpangan arti.
Contoh :
Mampukah Allah menciptakan Batu yang tidak mampu diangkat oleh Allah. Kalau mampu menciptakan batu tersebut, maka Allah berarti tidak Maha Kuat (tidak mampu mengangkat batu ciptaanNya sendiri). Kalau tidak mampu maka Allah tidak Maha Pencipta, karena kok tidak mampu membuat sebuah batu.
Apakah ini sebuah Paradox ?
Al Jawab = Bukan
Hal ini, pernah dijawab dengan terang benderang oleh DR Zakir Naik. Dimana beliau jelaskan dengan pengandaian :
“Sahabat saya John (laki laki) melahirkan seorang anak. Apakah kamu tau apa jenis kelamin anaknya?”
Statement seperti ini bukanlah Paradox, melainkan cacat narasi, atau buah dari cacatnya cara berfikir, karena : bagaimana mungkin seorang laki laki melahirkan, maka disini dipahami pernyataannya saja sudah salah (cacat), maka ketika pertanyaan atau pernyataannya sudah salah (cacat), maka seandainya diteruskanpun, jawabannnya pun tidak ada, salah (cacat) juga.
Allah Maha Pencipta dan Allah Maha Kuat, Maka Allah sangat mampu menciptakan apapun, dan Allah juga mampu mengangkat apapun, maka pertanyaan atau pernyataan dimana “mampukah menciptakan yang tidak mampu” maka pertanyaan atau pernyataan disini sudah salah (cacat) keliru, dan tidak lagi perlu memerlukan jawaban.
Untuk Allah tidak yang Paradox, tidak ada yang tidak jelas, semua sudah terang benderang, semua sudah jelas.
Adapun untuk manusia, masih ada Paradox, dimana manusia kadang gagal memahami sesuatu, sifat dasar atau hukum asal manusia yang bodoh, menjadikan dirinya gagal memahami, bertentangan, berlawanan, dengan kebenaran itu sendiri. Kita pernah dengar dimana orang yang sudah dewasa tentu sudah tau mana yang baik mana yang buruk, tetapi faktanya, betapa banyak manusia yang masih melakukan hal hal buruk.
“Jangan Buang Sampah” disini, tetapi disitulah malah banyak sampah dibuang. “Pilihlah saya maka saya akan berantas korupsi”, tetapi malah dia yang korupsi. Sistem Demokrasi yang culas dimana 10 preman memilih A, dan 1 Profesor Ahli memilih B, maka A yang menang, bahkan di pemilihan Dekan Kampus, Pemilihan Direktur, cara seperti ini tidak dipakai, anehnya memilih Presiden cara ini dipakai.
“Keledai tidak akan jatuh kelubang yang sama dua kali”, tetapi anehnya manusia jatuh kelubang yang sama berkali kali, dan bahkan sengaja menjatuhkan diri di lubang yang sama berkali kali.
Surga gratis, sedangkan Neraka itu bayar, namun betapa banyak yang tidak mau shalat berjamaah ke Masjid, ngaji, perji kajian, dll. Sedangkan betapa banyak yang malah mau membayar untuk zina, judi, khamr, dll.
Inilah Paradox.. dimana fenomena ini, gagalnya cara berfikir, berlawanan bertentangannya perilaku dari yang seharusnya, harus setidaknya kita ketahui dan kemudian dengan memahami ini kita bisa lebih bijaksana.
********
Berikut adalah contoh 10 Paradox yang akan coba saya bahas, untuk perlu diketahui dan dipahami, agar kita lebih bijaksana dalam berfikir dan menerjemahkannya dalam berperilaku.
1. Simplicity Paradox
Seseorang yang usaha, berjuang, bekerja dengan keras, malah gajinya kecil, hidupnya lebih susah, sedangkan yang kerjanya simple, tidak pakai otot, tidak pakai tenaga, gajinya, pendapatannya, atau kehidupannya malah lebih baik.
2. Freedom Paradox
Seseorang yang diatur, dikomando, diperintah, diarahkan, sebenarnya lebih benar, lebih mudah, untuk menjalani hidupnya. Sebaliknya seseorang yang diberi kebebasan malah bingung dan justru malah melakukan hal hal yang keliru. Justru aturanlah atau “keterbatasanlah” yang membuat kita “bebas”, namun justru yang efektif.
3. Productivity Paradox
Waktu yang banyak, belum tentu membuat kita lebih produktif, belum tentu pekerjaan yang diselesaikan lebih banyak, sedangkan keterbatasan waktu, deadline, inilah yang membuat kita justru mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
4. Knowledge Paradox
Seseorang yang kurang berilmu agama misal, dia justru akan merasa dirinya sudah mengerti agama. Adapun seseorang yang sering belajar, sering mengaji, mengkaji, murajaah kitab dll, justru semakin merasa dirinya belum mengeri apa apa. Sebagaimana Umar sebutkan “semakin aku mempelajari agama ini, aku merasa semakin kecil”.
5. Talking Paradox
Semakin seseorang banyak omong, ternyata isinya semakin kosong. Always say less than necessary. Ya, “tong kosong nyaring bunyinya”.
6. Boredom Paradox
Siapa disini yang suka bosan? Tentu tidak ada yang suka bosan. Namun anehnya, ide ide kreatif, eksplorasi, dll justru datang dari kebosanan, betapa banyak ide dan kreativitas datang dari “bengong”. Sedangkan yang masih asik (belum bosan) biasanya ya disitu disitu saja, alias stuck.
7. Inteligent Paradox
Orang orang yang super pintar, malah sering terlihat bias, sebagian mungkin tidak S1, tidak lulus kuliah, tidak punya gelar LC, MA, tidak terkenal, tidak disorot (mereka tidak terlihat seperti pintar). Justru anehnya banyak orang orang bodoh, tampil, terlihat pintar dengan gelarnya, pendidikannya, bajunya, pakaiannya, gayanya, disorot kamera dll. padahal orang orang ini bodoh.
8. Happiness Paradox
Kebahagiaan, adalah sesuatu yang tidak bisa kita cari, kita kejar, semakin kita cari, semakin kita kejar, semakin tidak akan pernah ketemu. Justru kebahagiaan itu bisa didapati dengan kebersyukuran apa yang ada.
9. Failure Paradox
Siapa yang mau gagal? hidupnya gagal? Tentu tidak ada yang mau. Tetapi anehnya untuk sukses, kita harus banyak gagal. Betapa banyak orang yang tidak mau gagal, malah gagal, betapa banyak orang yang berkali kali gagal, namun sukses.
10. Money Paradox
Banyak yang berfikir untuk menabung agar memiliki uang banyak. Semakin irit, semakin hemat, semakin disimpan, malah uangnya segitu gitu saja. Sedangkan yang banyak bersedekah, banyak keluar uang, justru orang orang ini lebih kaya dari yang hoby menabung.
Ada, masih banyak lagi :
11. Candy Paradox
Tau, kalau anak kecil suka dikasi permen padahal permen itu justru membuat batuk, sedangkan dikasih puyer yang pahit tidak mau, padahal obat.
12. The Elephant Paradox
Jangan pikirkan “GAJAH”, nahh malah mikir gajah kan? Padahal dilarang. Semakin seseorang dilarang semakin hal itu malah menarik untuk dilakukan.
Dll…
********
Ada banyak lagi, yang intinya. Hukum asal manusia itu bodoh, ada paradox didalam otak manusia, kalau istilah di Minang “ada Ulatnya”, adanya kegagalan cara berfikir, tidak singkron antara cara berfikir dan outpun tindakannya.
Adapun karena memang hukum asal manusia ini bodoh, maka menghadapi ini kita harus benar benar belajar agar benar benar paham, harus benar benar mempelajari agar mengerti. Sebaik baik ilmu untuk dipelajari adalah Ilmu Syar’i, jika benar benar dipelajari dan Allah kehendaki kita untuk memahaminya, Ilmu ini bebas Paradox.
Tau “Khuf Paradox” / “Kentut Paradox”
Dimana kok kalau wudhu dengah khuf yang dibersihkan adalah bagian atau khuf (sepatu), bukankah alas bawah khuf (sepatu) yang kotor?
Dimana kok kalau kentut, yang dibasuh wudhu adalah bagian tubuh lain, bukan bagian tempat kentut itu keluar?
Al Jawab : karena Dalil diatas Akal,
Karena Akal kita ini sungguh lemah, dan terbatas, maka itulah tundukkan Akal jika berhadapan dengan Dalil (Ilmu Syar’i).
Mari, terus mempelajari agama ini,
mempelajari ilmu syar’i agar kita terbebas dari Paradoxism.
*********
Berikut dilampirkan contoh lagi perihal paradox, yang sering terjadi, agar semakin “ngeh” apa itu paradox.
1. Sama temen kantor jujur, semua diceritain. Sama Istri sendiri, penuh rahasia. Paradox?
2. Dipukul lidi, dibentak, dimarahin, disuru ulang ulang baca tajwid salah, gak mau. Diajak teman nongkrong buang buang waktu, buang buang uang, mau. Paradox?
3. Ada Ustadz penuh syubhat dan sesat tapi banyak follower / subscribernya. Ada Ustadz kibar salaf followernya sedikit. Paradox?
4. Disuruh kumpulin catatan sama gurunya, dikasi PR sama gurunya, sangat lambat. Disuruh lembur sama bosnya, nganterin customernya, wih cepet. Paradox?
5. Shalat subuh berjamaah ke Masjid masih telat, masbuk, ketiduran dll. Sedangkan kalau flight pesawat mesti ke Bandara jam pagi hari, anehnya tidak pernah ketinggalan pesawat. Paradox?
..Wallahu a’lam..