...

Maling Sendal

Artikel - 10 months ago - Tag : Artikel
Author : Abdullah Abdurrahman

Indonesia, adalah negara Muslim nomor 1 terbesar di dunia, *koreksi~ negara Muslim nomor 2 terbesar didunia dengan jumlah sekitar 236.000.000 jiwa (update per tahun 2024 ini, setelah dikalahkan Pakistan sekitar 240.800.000 juta jiwa.).  Indonesia, adalah negara dengan hampir 1 juta masjid, lebih tepatnya sekitar 800.000an sekian, adalah negara dengan hampir 40.000 pondok pesantren. 

 

Namun mirisnya, dinegara inilah, kita dapati kasus korupsi, koruptor, terbanyak di dunia. Muslim KTP terbanyak di dunia. Didapati banyak kasus maling kotak amal di Masjid, bahkan banyak kasus maling sendal di Masjid.

 

*************************

 

Sebenarnya ini lampu merah, tamparan keras bagi kita semua Kaum Muslimin di Indonesia. Indonesia yang jumlah penduduknya termasuk yang terbesar di dunia, dengan didalamnya dihuni Kaum Musliminnya yang “KTP”, ditambah aliran sesat, menyimpang, jumlah populasi Muslimnya terus menurun, Kaum agama lain meningkat, kristen meningkat, Hindu, Budha, meningkat, ditambah dengan diakui dan diberi kebebasannya agama / kepercayaan baru, Sikh, Shinto, Kong Fu Tse, bahkan Yahudi, dan lainnya. Indonesia bahkan kalah dari negara Pakistan yang persentase Kaum Musliminnya meningkat menjadi 98.8% dan menjadi negara dengan Kaum Muslimin terbesar di Dunia.

 

Sebenarnya ini lampu merah, tamparan keras, sebagai negara Muslim yang besar, namun paralel dengan itu kasus korupsinya juga besar, pencuri dan perampoknya juga besar, bahkan maling kotak amal, maling sendal di Masjid, kita ketahui sendiri banyak terjadi.

 

*************************

 

Ada yang salah dengan Islam di Indonesia, ada yang salah dengan Kaum Muslimin di Indonesia. Apakah Islam adalah agama para koruptor? Apakah Islam adalah agama yang mengajarkan untuk mencuri, agamanya para maling?

_____

 

Tentu saja (ajaran) Islam tidak demikian, tentu saja (ajaran) Islam adalah agama yang terbaik, tentu saja (ajaran) Islam tidak mungkin mengajarkan korupsi, mencuri, maling. Tentu saja Islam tidak mungkin berisi ajaran tentang keburukan, lalu kenapa jumlah manusia Kaum Muslimin di Indonesia yang besar, namun secara paralel besar juga kasus korupsi, mencuri, malingnya?

 

Sekali lagi, ini adalah lampu merah, tamparan keras, berarti ada yang tidak beres pada diri Kaum Muslimin di Indonesia. Agamanya yaitu Islam kita yakini adalah agama yang benar, datang dari Allah dan Rasulnya, agama tidak akan salah, berarti cara memahami agama inilah yang kita Kaum Muslimin di Indonesia banyak yang salah dan keliru, sehingga outputnya korupsi, mencuri, dan maling.

_

 

Setelah dilakukan penelitian dan penelusuran, kita dapati, Kaum Muslimin di Indonesia yang banyak ini hanyalah “muslim turunan”, muslim warisan, muslim pemberian, bukan muslim yang memeluk berdasarkan keyakinan pasca mencari dan memahami. Setelah dilakukan penelitian dan penelusuran, kita dapati :

 

Kaum Muslimin di Indonesia kebanyakan memahami agama ini dengan pemahaman yang keliru, menyimpang, bukan ajaran Islam yang sebenarnya, melainkan kemasukan adat, budaya, tradisi sebelumnya, tradisi kuno, tradisi dari agama lain (hindu / budha), tradisi dari kepercayaan / keyakinan lain. 

 

Kaum Muslimin di Indonesia kebanyakan memahami agama ini sebagai serapan ditambah tradisi nenek moyang, atau budaya budaya di luar islam itu sendiri. 

 

Kaum Muslimin di Indonesia kebanyakan memahami agama ini, tidak lagi murni sebagaimana pemahaman Rasul dan Para Sahabat. Mereka memahami agama Islam ini, dari pemahaman Sufi, Falasifah, Filsafat, Ba'alawin, Asy'ariyah, Mu’tazilah, dan kemudian turun turunannya, semisal sururiyin, hizbiyin (kelompok kelompok/ golongan / Ormas Ormas), harokiyin (pergerakan), ikwaniyin (perlawanan), Islam campur tradisi, Islam campur budaya, Islam serapan, Islam moderat, Islam liberal, bahkan memahami Islam padahal itu bukan Islam (melainkan Syiah), Islam yang diajarkan, dididik, dipahamkan, dari Ormas Ormas besar Islam di Indonesia, padahal Islam yang sudah jauh menyimpang dari Islam itu sendiri, sebagaimana yang dipahami Rasul dan Para Sahabat. 

 

Kaum Muslimin di Indonesia, diluar santri, kebanyakan memahami islam ini hanya dari mata pelajaran pendidikan agama di SD, dengan kurikulum yang sangat kurang dari standar. Sebagian lagi tidak belajar sama sekali, terlebih setelah pendidikan agama dicabut dari mata pelajaran di sekolah, mereka hanya mendapati dan mendengar tentang agama ini dari ceramah jumat, satu minggu sekali, ini tentu sangat kurang bahkan sangat amat sedikit. Belakangan setelah adanya media sosial, Kaum Muslimin hanya “belajar” secara virtual melalui potongan potongan video dimedsos, semisal di FB, Youtube, YT Shorts, IG, IG Reels, Tiktok. 

 

Kaum Muslimin di Indonesia kebanyakan mendapati, mempelajari agama ini secara serampangan, campur campur, campur aduk, asal telan, tanpa guru, putus tanpa sanad, tanpa pernah mengaji, tanpa rujukan kitab, tanpa pernah membaca kitab, tanpa pernah belajar langsung, tanpa kurikulum akademis (pendidikan formal), tanpa pernah “mondok”, tanpa  pernah “nyantri”, tanpa pernah bermulazamah (mengambil langsung dengan guru yang bersanad) tanpa bimbingan guru, tanpa bimbingan Alim Ulama. Sedikit melebar, dimana yang lebih memprihatinkan adalah mereka mereka yang mempelajari melalui potongan potongan video dimedsos, semisal di FB, Youtube, YT Shorts, IG, IG Reels, Tiktok, adalah mereka yang mengaku “Salafi”, manhaj salaf, pemahaman Rasul dan Para Sahabat, tetapi mereka mendapati, mempelajari, memahami agama ini dengan “serampangan”,  “rasa rasa” salafi, “rasa rasa manhaj salaf”, padahal bukan.

 

Dari hasil penelitian dan penelurusan, serta penjelasan diatas, kita tahu bahwa pantaslah, paralel, Islam adalah agama terbesar yang dipeluk negara besar ini, namun pemahamannya keliru, menyimpang, salah, paralel dengan jumlah aliran sesat, jumlah pelaku korupsi, pencuri, maling, yang juga besar.

 

*************************

 

Tetapi, tidak perlu terlalu prihatin, kuatir, ataupun bersedih. Karena sebagaimana firman Allah Azza Wa Jalla, sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam, umat Islam akan terpecah menjadi bergolong golongan hingga 73, dimana mayoritas atau kebanyakan, sejumlah 72 golongan diantaranya (akan) sesat dan masuk neraka (tidak kekal), sedangkan hanya minoritas yaitu 1 golongan yang berada diatas kebenaran (pemahaman yang benar) dimana inilah memang ketetapan Allah, ini kehendak Allah, Ini firman Allah, ini sabda Nabi, tidak perlu kita terlalu disibukkan untuk mempersatukan golongan golongan yang sudah ditetapkan Allah akan terpecah belah ini, melainkan sibuklah belajar, mengerti, memahami, dan berada didalam 1 golongan (minoritas) yang selamat.

 

Tetapi, tidak perlu juga kita terlalu prihatin, kuatir, ataupun sedih dengan banyaknya jumlah Kaum Muslimin di Indonesia yang korupsi, mencuri, maling, karena mereka ini bukanlah representasi dari Islam itu sendiri, mereka mereka ini adalah sebagian kecil oknum saja, dibandingkan banyaknya kaum muslimin yang tidak korupsi, tidak mencuri, tidak maling.

 

Tidak semua Kaum Muslimin yang korupsi, menurut data terkini tahun 2024, ada sekitar 236.000.000 penduduk Muslim di Indonesia, sedangkan oknum yang melakukan korupsi ada di angka 1.695 (Source : Kompas), jumlah ini kecil dibandingkan total Kaum Muslimin Indonesia yang tidak korupsi.

 

Tetapi semua Kaum Muslimin yang mencuri kotak amal, mencuri sendal. Diantara 800.000an Masjid, hanya kurang dari 1% kasus pencurian kotak amal atau maling sendal di Masjid yang dilakukan oknum Kaum Muslimin, dan sebagian kasus lagi dilakukan oleh oknum agama lain diluar Islam.

 

************************

 

Sebelum kita tutup materi ini, perlu diberitakan juga bahwa ada yang lebih berbahaya dari Kaum Muslimin oknum pencuri kotak amal, maling sendal di Masjid, 

 

Yaitu ▶️ Oknum Ustadz

 

Perlu kita sadari benar realita dan kenyataan ini, dimana ada ~banyak~, tetapi mari kita berbaik sangka, ada sedikit oknum ustadz didalam Islam itu sendiri, dia mencuri dari agama ini, dia maling dari agama ini, dia menyesatkan, mendakwahkan kesesatan, penyimpangan dari agama Islam itu sendiri. Ustadz, namun tujuan mereka bukan berharap hanya kepada wajah Allah, bukan lurus berharap akhirat, berharap Surga, melainkan ada motif motif lain, niat lain, muatan lain, yaitu bertujuan untuk dunia, entah tujuan berupa materi, amplop, transferan, bisnis, industri, mencari cuan. Ataupun tujuan tujuan berupa non materi, semisal engagement, popularitas, massa, follower, subscriber, pergerakan pergerakan bermotif dunia, dll.

 

Tetapi, tidak perlu terlalu prihatin, kuatir, ataupun bersedih. Sebagaimana oknum oknum koruptor, oknum pencuri kotak amal, oknum maling sendal di masjid. Jumlah mereka ini sedikit dibandingkan Kaum Muslimin yang (masih) berakal sehat, beradab dan berakhlak baik, lebih banyak Kaum Muslimin tidak maling kotak amal, mereka tidak maling sendal di masjid. 

 

Begitupun Ustadz diluar sana, kita berprasangka baik, diantara beberapa mereka yang oknum, masih banyak diluar sana ustadz ustadz yang baik, berada diatas kebenaran, lurus, tulus, dan tegak mendakwahkan agama ini dengan keikhlasan mereka yang hanya berharap kepada wajah Allah saja (balasan Akhirat / Surga). Mari kita belajar agama ini, mengerti, dan memahami agama ini dengan mengambil ilmu dari orang orang, guru guru, ustadz ustadz, ahli ilmu yang demikian, secara langsung, memahami agama ini, memiliki ilmu tentang agama ini yang bersanad, bersambung sampai ke Para Sahabat, bersambung sampai ke Nabi shallallahu alaihi wasallam. 



 

..Wallahu a’lam..