Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِ
“Aku telah meninggalkan kalian dalam kondisi putih bersih, yang malamnya seperti siangnya”. (Hadits Riwayat Ibnu Majah, dan Ahmad)
Apakah maksud Rasulullah disini bisa difahami, ketika setelah Nabi wafat, maka keadaan malam hari di kota Madinah terang benderang sebagaimana siang hari, ada matahari terik pada malam hari sebagaimana siang, langitnya putih dan awan awan terang jelas sebagaimana siang hari padahal keadaan sedang malam hari? Tentu saja bukan seperti itu.
Redaksi Al Quran ataupun redaksi hadits, ada ilmu untuk memahaminya, yaitu Ilmu Tafsir, baik itu Tafsir Al Quran maupun Tafsir Hadits. Ilmu ini dikuasai oleh Para Sahabat, Para generasi terdahulu awal awal, Para Salaf, ketika proses belajar mereka dibimbing langsung oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam. Ilmu ini dipelajari dengan susah payah dan penuh perjuangan oleh Para Alim, Para Ulama, para orang orang cerdas dimana kecerdasan mereka dipakai dipergunakan dan diabdikan untuk mempelajari ilmu paling mahal dan penting yaitu ilmu Syar’i, ilmu akhirat. Dimana ilmu ini bukan berbuah uang, kesuksesan, atau kaya raya dunia, melainkan Surga.
Redaksi Al Quran ataupun redaksi hadits, maka bukan dipahami dengan membacanya sendiri, melihat redaksi kalimatnya, kemudian memahami sendiri. Padahal pemahaman terhadap Al Quran ataupun redaksi hadits haruslah dipahami sebagaimana dulu Para Sahabat memahami agama ini. Sekali lagi bukan membacanya sendiri dan memahaminya sendiri
*****
Maksud pada hadits diatas, adalah agama ini ditinggalkan beliau dalam keadaan yang amat jelas, tidak ada satupun yang belum disampaikan oleh beliau, kesemuanya lengkap, sempurna ada pada Al Quran dan As Sunnah.
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ
“Aku telah meninggalkan pada kalian dua hal, yang kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada keduanya ; Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya”. (Al Muattha Imam Malik)
Maka cukupkanlah kepada Al Quran dan As Sunnah saja. Tidak perlu lagi itu pendapat Ulama, Syaikh, Tuan Guru, Ustadz, dll..
__
Nah lhoo..
Tadi diatas dikatakan Al Quran dan As Sunnah tidak bisa dibaca sendiri, tidak bisa dipahami sendiri, melainkan harus dengan pemahaman Salaf, atau Alim Ulama yang mempelajarinya. Tetapi kok tidak perlu lagi pendapat Ulama, Syaikh, Ustadz, dll???
Ini Gimana yang benerr!
___
Jadi, belajar pahamilah Agama ini hanya berlandaskan kepada Al Quran dan As Sunnah dimana inilah kebenaran yang jelas, tanpa ada yang tertinggal dijelaskan oleh Nabi kita shallallahu alaihi wasallam, sebagaimana Agama ini dipahami oleh Para Sahabat dan Para Alim Ulama. Janganlah Al Quran dan As Sunnah ini dibaca redaksinya saja, dan dipahami sendiri sendiri tanpa ilmu.
Jadi belajarlah dan pahamilah Agama ini, sebagaimana Para Sahabat dan Para Alim Ulama memahami ini, silahkan saja mengambil pemahaman dan pengertian lewat dari Alim Ulama, perpanjangan lidah para Ustadz, dll
Jadi, yang tidak boleh disini adalah, kita keluar dari pada pemahaman Al Quran dan As Sunnah, karena kita ikut dengan perkataan, pemahaman Ulama, Syaikh, Habib, Ustadz, Tuan Guru, Dai, yang menyelisihi Al Quran dan As Sunnah itu sendiri.
Jadi, sangat perlu kita belajar, memahami Agama ini dari orang orang, dari sumber sumber yang benar berilmu, memahami Al Quran dan As Sunnah sebagaimana pemahaman Sahabat, pemahaman yang Haq. Bukan belajar sendiri, ataupun dari orang, tokoh, ataupun sumber yang perkataan dan pemahamannya menyelisihi Al Quran dan As Sunnah itu sendiri.
******
Katanya, Manhaj Salaf, Dakwah Tauhid, mendakwahkan dan memahamkan umat tentang Tauhid. Tetapi kok kita dilarang share share, forward, dakwah ke sesama Muslim?
Ini gimana yang benerr?!?!
Jadi, Dakwah Tauhid disini, mendakwahkan dan memahamkan umat tentang Tauhid disini, konteksnya seruan kepada para Ulama, Syaikh, Ustadz, Dai, untuk mendakwahkan Tauhid. Bukan malah sibuk dengan Dakwah Ormas, Politik, Ekonomi, Rumah Tangga, dll, padahal kesyirikan, kurafat, bid’ah, masih meraja lela. Adapun kepada kita yang bukan Ulama, Ustadz Dai, cukupkanlah belajar, faham, amalkan, istiqomah, dan dakwahkan kepada Anak Istri, orang orang dekat yang tsiqoh dahulu.
******
Jika kamu memahami agama ini berdasarkan Ro’yumu, akalmu, pemahamanmu, asumsimu, maka niscaya kamu akan tersesat. Karena agama ini adalah perkara Ghaib, dimana akal kita wajib tunduk dibawah Dalil, dibawah Al Quran dan As Sunnah.
Karena fungsi akal sendiri yaitu dipakai untuk memahami dalil, bukan untuk menolak dalil. Tundukkan akalmu jika akalmu seolah menolak Dalil. Karena Dalil pasti benar sedangkan akalmu bisa saja salah.
Jika kamu memahami redaksi Malamnya terang seperti Siang, yaitu Malam itu diartikan ada matahari yang bersinar terik, awan cerah dan terang, maka kamu tersesat. Karena Al Quran dan As Sunnah ada cara untuk memahaminya, yaitu Jelas, Lengkap, Tegas, tanpa ada yang tertinggal, memahami sebagaimana Sahabat memahami agama ini, sebagaimana pemahaman Para Salafush Shalih, Alim dan Ulama yang mempelajarinya.
Belajarlah dengan cara yang benar, pahami agama ini dengan pemahaman yang benar.
Bukan diartikan atau
Bukan dipahami sendiri
..Wallahu a’lam..