...

It’s Okay To Be Depressed (Depresi)

Artikel - 1 year ago - Tag : Artikel
Author : Abdullah Abdurrahman

Kita alami, nyata, di keseharian kita begitu banyak masalah, mungkin istri kita, anak kita, tetangga, pekerjaan, bos kita, kesehatan, ekonomi, sedang dijalan, bermasalah. Apalagi saat lebih dari satu masalah atau beberapa masalah itu berbarengan mendatangi kita, tentu kita menjadi sangat tertekan, alias depresi.

 

Didalam hidup, “it’s okay to be depressed”, mengalami depresi itu tidak apa-apa, biasa, bukan suatu hal yang gawat, sebagaimana permasalahan demi permasalahan hidup ini sebelumnya sering kita alami, dan disinilah kita, masih sampai hari ini.

_

 

Harus selalu positif, ini justru keliru, karena didalam ilmu psikologis dikenal dengan istilah “toxic positivity”, menjadi selalu positif (disetiap waktu) malahan bisa menjadi racun atau “toxic” pada kesehatan kejiwaan kita.

 

(+) Positif

Ketika istri masak makanan lezat, anak juara kelas, project gol, dapat hadiah, bonus cair, tanggal gajian, tentu ini disikapi dengan positif, senang dan gembira, namun

 

(-) Negatif

Ketika misal istri ngambek, anak sakit, bos yang super menyebalkan, PHK, listrik belum bayar, kontrakan belum bayar, mulut mertua yang kasar, motor nubruk, mana mungkin (secara psikologis) kita tetap bisa menyikapi ini dengan positif, dengan senang, dan gembira? Tentu respon alami dan ini normal dari fungsi kognitif manusia pasti akan sedih, marah, kesal, cemas, tertekan, bete, atau negatif. Sekali lagi ini hal yang wajar.

 

Justru, ketika kita sedang banyak masalah, sedang ditimpa masalah, sedang sakit, anak sakit, deadline kerjaan menunggu, dan sedang tidak punya duit (ini apalagi hehe), dan teman kita menyemangati kita harus tetap semangat! tetap tersenyum! tetap positif! ini justru yang bermasalah, inilah yang “racun”, inilah “toxic positivity”. Teman menyemangati disini mari kita berbaik sangka hanyalah sekedar menghibur, menyemangati, berbasa basi. Adapun secara psikologi tetap positif disaat negatif, ini adalah racun, ini adalah “toxic positivity”

 

Saudaraku… “It’s Okay To be Depressed”

 

********************

 

Pernah saya bahas dahulu, jika seandainya seorang manusia selevel Rasul shallallahu alaihi wasallam tiba-tiba dipukul kepalanya dari belakang, atau tiba-tiba dijambak rambutnya dari belakang, atau tiba-tiba disabet pedang, apa kira kita respons alamiah beliau? 

 

Apakah akan senyum, tertawa, bahagia, gembira, happy? Tentu saja tidak, secara alamiah seorang manusia bahkan level Rasul shallallahu alaihi wasallam sekalipun secara alamiah manusia akan kaget, shock, mungkin marah, kesal, kecewa, sakit, nyeri, bisa mengeluarkan darah, bisa mengeluarkan air mata, karena ini adalah respons tubuh, ini adalah reflek tubuh, dan ini normal. Tidak mungkin malah tetap selalu gembira, bahagia, senang, happy.

 

*Note :* ini real, pernah terjadi dimana Nabi shallalalhu alaihi wasallam merasakan kaget, sedih, duka, marah, sakit, bahkan menangis (negative moment)

 

Maka :

-It’s okay, merasakan rasa sakit itu

-It’s okay, merasakan rasa sedih itu

-It’s okay, menahan rasa pedih itu

-It’s okay, menjadi negatif pada saat itu

 

“It’s okay, to feel so negative,

when the moment is so negative”

 

*********************

 

Dunia ini berjalan siang dan malam, ada senang ada duka, ada kenyang adapula lapar, ada sehat ada sakit, ada kaya adapula miskin, ada dompet tebal, ada juga momen dimana kantong bolong, dan itu semua normal. Bahkan hati manusia berbolak balik setiap harinya, Iman manusia juga, kadang tinggi kadang pula rendah, sekali lagi ini normal.

 

Tidak benar apabila kita harus selalu positif sepanjang waktu, tidak perlu merasa bersalah ketika kita tidak positif pada saat dimana keadaan negatif, keadaan yang salah, orang-orang yang salah, sedang datang masuk menghantam ke dalam kehidupan kita

_

 

Namun, tidak benar jika keadaan negatif dihadapi dengan salah ( false ), atau dengan cara yang lebih buruk ( worst ).

 

Kita simak Nabi shallallahu alaihi wasallam sebagai tuntunan kita, apakah ketika keadaan sedang negatif, apakah beliau menebas orang dengan pedang secara brutal?, apakah beliau memukul istri-istri beliau? apakah beliau melaknat Allah ketika Abu Thalib orang yang paling dicintainya mati dengan tidak Allah beri hidayah? Tentu tidak.

 

Betul beliau kaget, shock, sakit, duka, sedih, menangis (negative moment) namun beliau menikmati, menggunakan dan memanfaatkan momen negatif (depressed) ini untuk berfikir, merenung, untuk mengambil hikmah, mengambil fawaid, untuk mendapati ide-ide besar, apa yang salah kemarin dan apa yang harus diperbaiki, harus seperti apa menghadapi hal-hal seperti ini kedepannya, serta tentunya bertawakal, mengembalikan semuanya kepada Allah ﷻ.

 

***************

 

Kalau keadaan sedang positif, apakah ini datang dari Allah? al jawab iya, datang dari nikmat dan karunia Allah.

 

Kelau keadaan sedang negatif, apakah ini datang dari Allah? al jawab bukan/tidak, karena bagi kita yang sudah belajar tauhid, hal yang buruk tidak boleh kita sematkan atau nisbatkan kepada Allah. Lantas berarti hal buruk dan keadaan negatif ini datang dari mana? al jawab, dari manusia itu sendiri.

 

Mungkin dari manusia diri kita sendiri yang kurang ikhtiar, kurang ibadah, kurang iman, kurang effort, kurang sabar, kurang skill, kurang jaga makanan, kurang fokus, kurang serius, dimana disini kita sebaiknya berintrospeksi diri, atau mungkin dari diri manusia lain yang menzalimi kita, mengkhianati kita, membohongi kita, merugikan kita, berbuat jelek kepada kita, dimana sebaiknya kita menjadikan ini sebagai pelajaran.

 

********************

 

Kalau keadaan sedang “depress”, menekan, tertekan, susah, sulit, perasaan sedang gundah, cemas, sedih, duka, kesal, marah, jangan pernah memaki Allah, apalagi sampai berpaling menjauhi Allah, karena hal-hal negatif ini bukan dari Allah, melainkan ulah sebab manusia itu sendiri.

 

Kalau marah dan emosi, jangan sematkan dan nisbatkan kepada Allah, namun semat dan nisbatkan itu kepada manusia-manusia buruk yang mungkin membuatmu ada di keadaan “depress” ini (dengan cara yang haq), silahkan misal lewat cara berdoa, maki orang-orang ini didalam doa, doakan keburukan dan kejelekan untuk orang-orang ini, dimana doa orang yang sedang teraniaya, terzalimi, tersakiti, Allah sungguh dengar, ijabah, dan diperbolehkan dengan redaksi-redaksi doa yang jelek / buruk, dan setiap rasa sakit yang kita rasakan Allah ganti dengan bergugurnya dosa, dan dinaikkan derajat kita dimata Allah. Karena sedihnya kita mendatangi Allah (bukan mendatangi selain Allah, bukan menjauhi Allah, bukan memalingkan diri dari Allah), karena sungguh, Allah suka didatangi oleh hamba-Nya.

_

 

Kalau keadaan sedang menekan, “depress”, sedang negatif, maka tidak perlu menjadi positif, tidak perlu senyum senyum, ketawa, riang, gembira, jenaka, melainkan sangatlah wajar jika kita merespon dengan negatif pula. Sedih, badmood, kesal, marah, benci, ini tidak apa-apa.

 

Kalau keadaan sedang “depress”, tanyakan pada dirimu sendiri, orang yang paling tau tentang dirimu ya kamu, apa maumu? apa yang bikin moodmu kembali positif? apa yang memulihkanmu? apa yang bisa menghiburmu? membahagiakanmu? melupakan kesedihanmu? apa ada bantuan yang kamu perlukan dari orang sekelilingmu? minta bantuan padanya, cari bantuan, cari temanmu, cari teman bicara, (syukur-syukur teman yang mengerti agama, atau teman yang shalih) bicarakanlah, diskusikanlah, dan dengan kepala yang dingin, kita bisa mendapati hikmah besar dari ini semua.


 

“It’s Okay, 

When You’re Not Feeling Okay”


 

..Wallahu a’lam..