Dalam memahami Al Quran, ada banyak keilmuan yang diperlukan, salah satunya ada yang disebut Ilmu Tafsir, yaitu keilmuan untuk memaknai, mengartikan, memahami, maksud (yang samar) dari Ayat didalam Al Quran
Tafsir sendiri, dibagi lagi dengan definisi definisi secara khusus sesuai karakteristiknya oleh Para Ulama kemudian menjadi, Tasybih, Takwil, Tathil, Tamsil, Takyif, Tafwidh, Tajsim, dan lain lain
Perlu diketahui bahwa, Tafsir akan menjadi baik, apabila ilmu tersebut digunakan dengan kaidah kaidah keilmuan yang benar, dan mendapati makna, maksud yang sebenarnya
Perlu diketahui bahwa, Tafsir akan menjadi buruk, apabila ilmu tersebut digunakan dengan kaidah kaidah keilmuan yang salah, sehingga mendapati makna, maksud, arti yang salah
_____
Saya ringkaskan sedikit
Sebaik baik Tafsir Al Quran, adalah penjelasan makna, maksud, arti, juga representasi perkataan, perbuatan, perilaku dan pemahaman dari Nabi shallalahu alaihi wasallam
Didapati ada beberapa Sahabat Nabi shallalahu alaihi wasallam yang memiliki kemudahan dalam pemahaman Ilmu Tafsir (Ahli Tafsir), Abdullah bin Mas'ud, Ibnu Abbas, Ubai bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa Al Asy'ari dan Abdullah bin Az-Zubair, yang sangat menonjol yaitu Sahabat Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas Ridwanullah 'alaihim jami'an
Adapun demikian Ibnu Abbas dan Sahabat lain yang menguasai Ilmu Tafsir (Ahli Tafsir), sama sekali tidak pernah menafsirkan, memahami, memaknai, memberi arti sendiri apa apa isi Ayat Ayat didalam Al Quran, melainkan pemahaman, petunjuk, penjelasan, perkataan, perbuatan yang didapat dari Nabi shallallahu alaihi wasallam
Hal ini pula yang kemudian diikuti oleh Imam Imam Besar Ahli Tafsir Kemudian, semisal yang Masyur diantaranya yaitu, Imam Ibnu Katsir, Imam Ath Thabari, Imam Qurtubi, Imam Jalalain, dan lainnya. Yang mana mereka hanya mengabadikan, membukukan, mengumpulkan, menulis, menyalin, copy paste apa apa keterangan yang mereka dapati tentang Tafsir Al Quran
Yang kemudian pada perjalanannya, seiring berjalannya waktu, ada penambahan, atau pengurangan dari penulis, atau pensyarah Kitab Kitab Tafsir tersebut, sehingga terjadi pergeseran atau perubahan, bahkan perbedaan makna
Note : Inilah Bukti bahwa sesuai janji Allah, bahwa tidak akan ada Kitab (Buku) yang Shahih (100%) selain hanya KitabNya, tidak Shahih Bukhari (98.7% Shahih) tidak Tafsir Ibnu Katsir, Tidak Tafsir Jalalain, atau lainnya
_____
Kalau, kita kembali kepada Tafsir (Otentik) sebagaimana Tafsir Al Quran yang dipahami Rasul shalallahu alaihi wasallam, Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, dan Para Sahabat lainnya. Sangatlah jelas didapati bahwa Manhaj Rasul dan Para Sahabat, menggunakan kaidah kaidah Tafsir, Takwil, Tathil, Tamsil, Takyif, Tafwidh, untuk berbagai macam Ayat Al Quran, kecuali jika menyentuh (diri) Dzat Allah Rabb Al Amin
Kalau, kita melihat kepada Tafsir Tafsir kemudian, dapati ada ketergelinciran beberapa Ulama kemudian, yang menulis ulang, yang mensyarah ulang Kitab Kitab Tafsir, yang menambah, mengurangi, memaknai lain, menggunakan Kaidah Tafsir, Takwil, Tathil, Tamsil, Takyif, Tafwidh masuk ke ranah Asma Wa Sifat Allah
Disinilah letak, kenapa kini kita dapati ada perbedaan memahami makna Ayat Ayat Al Quran, khususnya pada ranah (diri) Dzat Allah (Asma Wa Sifat), semisal pemahaman pemahaman
- Allah dimana mana
- Allah Turun = Rahmat Allah
- Allah di Arsy = Allah Butuh Arsy
- Tangan Allah = Kekuasaan Allah
Wal 'iyadzu billah...
_____
Kalau, kita kembali kepada Tafsir (Otentik) sebagaimana Tafsir Al Quran yang dipahami Rasul shalallahu alaihi wasallam, Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, dan Para Sahabat lainnya. Adakah mereka mentakwil, ketika menyentuh (diri) Dzat Allah?
Al Jawab ➡️ TIDAK ADA
• Allah Diatas Arsy
• Allah Punya Wajah
• Allah Punya Betis
• Allah Punya Telapak Kaki
• Allah Turun Kelangit Dunia
• Allah Punya Dua Tangan (Kedua Duanya Kanan)
➡️ Sami'na Wa Atho'na (Case Closed)
Semua Sahabat, "Saya Dengar Saya Taat"
Tidak ada satupun Sahabat yang bertanya, tentang bagaimana Allah, bagaimana mungkin Allah, mentakwil Dzat Allah, merubah makna, merubah arti, memahami berbeda dengan apa yang Allah nisbatkan sendiri untuk diriNya
*****************************
Mari kita mengikuti Bagaimana Rasul dan Para Sahabat memahami Agama ini, kita ikuti bagaimana pemahaman agama ini sebagaimana Manhaj Para Salafush Shalih, Mari kita memahami arti, makna Al Quran sebagaimana Tafsir Rasul dan Para Sahabat (Salafush Shalih)
Silahkan menggunakan kaidah kaidah Tafsir, Takwil, Tathil, Tamsil, Takyif, Tafwidh, dan lain lain, dalam rangka memahami Al Quran
Tetapi tidak pada (diri) Dzat Allah
Tetapi tidak pada Asma Wa Sifat Allah
_____
"Aku Khawatir Allah akan menghujamkan Batu Batu Besar, ketika Aku mengatakan ini perkataan Allah dan Rasulnya, sedangkan kalian mengatakan ini perkataan Abu Bakar, ini perkataan Umar" (Ibnu Abbas)
"Agama ini, milik Allah dan Rasulnya, atau Milik Ayahku (Umar)?" (Ibnu Umar)
Silahkan ambil dari Abu Bakar
Silahkan ambil dari Umar
Silahkan ambil dari 4 Imam
Silahkan ambil dari Shahih Bukhari
Silahkan ambil dari Shahih Muslim
Silahkan ambil dari Ibnu Katsir
Silahkan ambil dari Al Jalalain
Silahkan ambil dari Ulama, Syaikh, Ustad
Selama tidak menyelisihi Allah, Rasulnya
Namun jika didapati
Menyelisihi Allah dan dan Rasulnya
= BUANG
_
"Pendapatku adalah Al Quran dan Sunnah, jika ada pendapatku menyelisihi Al Quran dan Sunnah, maka buanglah pendapatku kebalik tembok" (Imam Asy Syafi'i)
..Wallahu a'lam..