...

Hanya Orang Kafir Yang Mempercayai Karma

Artikel - 1 year ago - Tag : Artikel
Author : Abdullah Abdurrahman

Kita sebagai Kaum Muslimin, wajib mengetahui bahwa ada yang sangat fatal dan keluar dari aqidah kita sebagai seorang Muslim, terkait Karma yaitu, menebak hal yang ghaib, menebak, menentukan masa depan.

 

Didalam Islam, banyak hal hal ghaib yang ada, hal hal ini ghaib ini sangat erat dengan Tauhid, karena yang Maha Mengetahui hal ghaib adalah Allah Azza Wa Jalla saja, 

 

Tidak ada satupun dari kita yang tahu akan perihal ghaib, apalagi tau masa depan, kecuali Allah yang memberi tahu kita, misal : perkara ada seseorang Sahabat Nabi. yang akan masuk sebentar lagi ke dalam suatu majelis, dia menenteng sandalnya, rambutnya, wajahnya basah, habis berwudhu, dan orang ini disebut sebagai penghuni Surga. perkara akan ada suatu zaman di penuhi Riba (dan ini benar), perkara kelak ada Dajjal (masa depan), perkara alam kubur (ghaib), perkara kiamat, padang mahsyar, Surga, Neraka dan lainnya. Adapun tidak Allah beri tahu, maka tidak ada satupun yang mengetahuinya, kecuali Allah saja. 

 

Tidak pula Jibril, (yang menyumpal mulut Firaun dengan pasir karena tidak tau apa yang nanti akan kejadian pada diri Fir'aun, Jibril yang ketakutan ketika Nabi Ibrahim alaihissalam akan dibakar, karena tidak tahu bahwa api tersebut akan dingin tidak membakar Ibrahim), tidak pula Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dimana akan terluka dan kalah perang dalam suatu perang, dan sebagainya. Tidak ada satupun yang mengetahui hal ghaib, atau hal di masa depan kecuali hanya Allah saja.

 

Perhatikan dengan benar, mempercayai Karma atau merasa meyakini konsep ini, mengetahui, menebak hal yang ghaib, mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan, maka ini sudah masuk ke wilayah Allah, dimana tidak ada satupun manusia, satupun makhluk yang mengetahui hal ini.

 

Perlu juga dipahami bahwa yang dimaksud disini bukan menebak, mengetahui sesuatu yang sudah jelas (ada penjelasan riilnya), misal : jika awan gelap maka akan hujan, setiap bulan bulan tertentu akan hujan, membawa payung sebelum hujan, jika buang sampah akan banjir, jika tidak belajar akan bodoh, dan lain sebagainya, maka ini tidak termasuk mengetahui hal ghaib yang dimaksud, atau mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan.

______

 

Disebutkan definisi tentang Karma yaitu sebuah aturan Ilahi, Dewa, Tuhan, versi Hindu, dimana ini tidak ada Allah menyebutkan atau mengatakan demikian. Meyakini konsep Karma maka sama saja dengan mempercayai ada aturan Ilahi (lain), yang mana ini bukan dari Allah Azza Wa Jalla. Bisa menyebabkan kita masuk kepada kesyirikan tanpa kita sadari.

 

Tidak benar, untuk memastikan apa yang akan terjadi kepada si fulan, secara ghaib, memastikan hal ghaib, memastikan masa depan, apa yang akan terjadi kepada si fulan si fulan.

 

Jika dia baik, maka (pasti) nanti akan mendapat balasan berupa kebaikan tertentu, jika dia buruk, maka (pasti) nanti dia akan mendapat balasan suatu keburukan. Padahal ini tidak tepat, padahal ini tidak pasti, belum pasti. Padahal ini ranah Allah, bukan ranah kita manusia. Padahal seseorang yang buruk bisa saja mendapat balasan yang baik dari Allah, seseorang yang baik bisa saja Allah sesatkan atau berakhir dengan su’ul khatimah, keburukan, murtad, kafir, bahkan kekal di Neraka.

 

*************************

 

Lebih parahnya, konsep Karma ini seakan “sok tau”. Orang ini sakit karena dosa mencuri, orang ini miskin karena dahulu memukul anaknya, orang ini celaka karena pernah berbuat buruk kepada saya, orang ini mendapat keburukan karena suatu kelakuan tertentu. Orang ini hidupnya baik, karena masa lalu kehidupan sebelumnya baik, orang ini sehat, kaya raya, sukses, karena sesuatu hal yang dilakukannya terdahulu. 

 

Sebuah konsep “sok tau”, memastikan hal ghaib, memastikan masa depan (atau memastikan sesuatu kejadian berdasarkan masa lalu). 

 

Padahal ini terserah Allah. Hanya Allah, Hak Allah saja. Padahal, ada orang yang buruk, namun terus Allah beri kemudahan (atau istidraj), ada orang baik yang terus Allah beri ujian, Allah beri cobaan, dll. Dimana ini (pasti) terserah Allah, bukan pasti karena apa yang (pernah) dikerjakannya.

_____

 

Didalam Islam, dikenali “kafarat” (divine timing), Allah mengatur sedemikian rupa apa apa yang terjadi dan akan terjadi. Bukan Karma. Di Dalam Islam, dijelaskan oleh Allah, dijamin oleh Allah seseorang akan mendapat balasan karena dari tiap tiap apa yang mereka kerjakan dengan adil dan seadil adilnya, ini wajib kita yakini yaitu Tauhid Sifat Allah, Maha Adil, bukan mempercayai Karma.

 

*************************

 

Lebih parahnya lagi, konsep Karma ini jangan lupa, berkaitan erat dengan konsep Reinkarnasi, dimana karma seseorang akan berpengaruh, berkaitan kepada pemahaman reinkarnasi kehidupan seseorang yang dilahirkan lagi setelahnya, dimana konsep ini sangat jauh sekali dari Islam, dari apa yang dijelaskan dan seharusnya diyakini Kaum Muslimin.

 

Reinkarnasi, atau hidup kembali, dilahirkan kembali, konsep ini jauh sekali dari Islam, tidak ada seorang Muslim yang bodoh awam sekalipun memahami konsep ini, namun anehnya kenapa ada yang masih mempercayai konsep Karma?. Note : Karma berkorelasi erat dengan Reinkarnasi.

 

Selain banyaknya Dalil Dalil baik Al Quran atau Hadits yang bisa kita temui, mematahkan pemahaman dengan konsep demikian, akan dilampirkan satu Dalil, yang mematahkan  konsep ini yaitu :

 

وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ

 

Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang berdosa itu (kafir) menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya, (mereka berkata), “Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yakin (As Sajdah :12).

 

Melalui ayat di atas, dikabarkan tentang keadaan orang-orang kafir pada hari Kiamat, saat mereka menyaksikan langsung azab neraka dengan mata kepala mereka sendiri. Pada saat itu, mereka menjadi yakin sepenuhnya bahwa mereka akan ditimpa azab yang ada di hadapan mereka. Betapa malunya mereka di hadapan Allah Azza wa Jalla , sampai mereka menundukkan kepala. Betapa dalam penyesalan mereka saat itu, sampai mereka memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar dikembalikan ke dunia untuk melakukan amal shaleh. Mereka mengatakan :

 

رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ

 

“Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yakin.”

 

Adapun demikian, adalah sesuatu yang percuma. Dijelaskan pada tafsir dan didukung dalil yang lain bahwa orang orang demikian (kafir),  jika dihidupkan kembali(pun), maka orang orang demikian akan tetap sama (kafir). Dijelaskan bahwa seandainya pun ada kehidupan kembali, dihidupkan kembali (reinkarnasi), orang orang demikian dihidupkan kembali, orang orang kafir ini akan tetap kafir.

 

Ini jelas tidak sejalan dengan konsep reinkarnasi, dimana reinkarnasi dipahami sebagai sebuah jalan, kehidupan kembali, sebagai kesempatan balasan (memperbaiki) dari kehidupan sebelumnya.

 

***********************

 

Ingat,

Di Islam *TIDAK MENGENAL*  Karma.

 

Hati hati dalam mempercayai, meyakini, atau bermudah mudah mengatakan, mengucapkan ini Karma. Ini tidak ada, ini sangat jauh dari Islam, ini masuk ke ranah Sifat Sifat Allah, memastikan sesuatu yang ghaib, memastikan apa yang akan terjadi dimasa depan, apa balasan bagi kebaikan dan keburukan seseorang adalah Ranah Allah. Dimana yang Maha Mengetahui dan Maha Adil adalah Allah Azza Wa Jalla saja. Jangan sampai kita meyakini Karma (erat dengan reinkarnasi kehidupan kembali), karena ini keyakinan orang orang Kafir. Dimana seandainya orang orang Kafir ini diberi kesempatan untuk hidup lagi, memperbaiki diri, bertaubat, beribadah, maka orang orang ini akan tetap kembali Kafir.


 

..Wallahu a’lam..