Bahkan dipukuli
dan diambili harta-harta kita
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« يَكُونُ بَعْدِى أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُونَ بِهُدَاىَ وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِى وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِى جُثْمَانِ إِنْسٍ ». قَالَ قُلْتُ كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ قَالَ « تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلأَمِيرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ ».
“Nanti setelah aku akan ada seorang pemimpin yang tidak mendapat petunjukku (dalam ilmu, pen) dan tidak pula melaksanakan sunnahku (dalam amal, pen). Nanti akan ada di tengah-tengah mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan, namun jasadnya adalah jasad manusia. “
Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan jika aku menemui zaman seperti itu?”
Beliau bersabda, ”Dengarlah dan ta’at kepada pemimpinmu, walaupun mereka menyiksa punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan ta’at kepada mereka.” (HR. Muslim no. 1847)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ ، فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ
“Seorang muslim wajib mendengar dan taat dalam perkara yang dia sukai atau benci selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Apabila diperintahkan untuk bermaksiat, maka tidak ada kewajiban mendengar dan taat.” (HR. Bukhari no. 7144)
Pemimpin yang baik bukanlah datang dan didapati dari pemahaman, cara maupun metode yang keliru, bukan dengan bertasyabuh cara non muslim, partai, bergolong golongan, demo, kudeta, ajakan kebencian kepada pemerintah yang sah dan menggulingkannya, dll, melainkan :
Perhatikanlah firman Allah Ta’ala,
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar Ra’du [13] : 11)
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al Hajj [22] : 40)
Sebagaimana pemahaman yang benar sesuai Tafsir dalil tersebut dimana rubah / perbaiki dahulu diri sendiri maka Allah akan merubah memperbaiki (suatu) kaum tersebut. Bukan sibuk merubah orang lain, bukan sibuk merubah pemimpin.
Sebagaimana jika kamu mau ditolong Allah, tolong dahulu agama Allah, maksud disini perbaiki dahulu agamamu, diperjelas disini perbaiki dahulu Tauhidmu, Aqidahmu, Keyakinanmu, Ibadahmu, Muamalahmu sebagaimana yang Allah ridhoi, maka Allah akan menolong permasalahanmu. Sekali lagi bukan sibuk merubah RT, RW, Lurah, Camat, Menteri, atau merubah Presidennya, apalagi dengan cara cara yang buruk, contoh misal 10 orang pemabuk memilih A, dan 1 Alim memilih B, maka karena kalah suara lantas A menang jadi pemimpin, tentu bukanlah ini cara yang buruk, tentu ini metode dan langkah yang buruk, tentu berasal dari pemahaman dasar yang rusak.
*****
Bagaimana dengan orang orang yang mengaku golongan / kelompok nyunnah berpemahaman salaf, padahal mereka sendiri bergolong golongan, berkelompok, padahal mereka sendiri tidak paham bahwa bergolongan / berkelompok dalam rangka agama itu tidak boleh, padahal mereka sendiri membuat golongan dalam rangka rangka kepentingan kelompok mereka dengan berani berani mengatasnamakan Islam, dan tanpa disadari, Qadarullah, mereka tunjukkan penyimpangan penyimpangan mereka dengan diundangnya Ulama rujukan mereka yang membenarkan perlawanan kepada pemerintah, membenarkan demo, bahkan perlawanan kepada pemerintah.
*****
Salah satu pemahaman mendasar Ahlussunnah, As Salaf, sebagaimana ini benar diabadikan dalam dalil, Al Quran, Al Hadits, diajarkan Nabi shallallahu alaihi wasallam, dipahami oleh para sahabat yaitu taat kepada Ulil Amri, walaupun punggung kita dipukuli, harta harta kita diambili.
Ini didapati prakteknya langsung oleh para sahabat sepeninggal Nabi shallallahu alaihi wasallam, kala Kaum Khawarij membunuh Utsman, dimana kekejian Khawarij memimpin negeri, para sahabat tetap shalat di Masjidil Haram, di Madinah, walau dibelakang pemimpin Khawarij, tanpa mendemo, menyebarkan kebencian, dll.
Taat kepada pemimpin yang keji dan dzolim, selama dia Muslim, tanpa melawan, memerangi, membenci, dll, adalah mutlak. Adapun pemimpin ini menyerukan kepada yang mungkar, kepada yang maksiat,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةٍ ، إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى الْمَعْرُوفِ
“Tidak ada kewajiban ta’at dalam rangka bermaksiat (kepada Allah). Ketaatan hanyalah dalam perkara yang ma’ruf (bukan maksiat).” (HR. Bukhari no. 7257)
Maka bisa / boleh ditolak. (Bukan dilawan)
Diajak tidak shalat, jangan mau
Diajak korupsi, jangan mau
Diajak zina, jangan mau
Silahkan…
*****
Lalu, apa pemahaman yang benar dari pemerintah di taati, namun bagaimana dengan sistem pemerintahannya?
Al jawab, sangat sederhana
Ketika benar seseorang itu adalah Ulil Amri, Raja, Presiden, Kaisar, atau pemimpin yang sah dan selama orang tersebut Muslim maka kita taati dia dalam semua perkara, tanpa ajakan membenci, ajakan mendemo, menggulingkan, mengkudeta, dll. Adapun pada ajakan pada perkara perkara yang mungkar, ajakan korupsi, zina, riba, tasyabuh, dll, kita tolak (tanpa membenci / tanpa dilawan)
Ini, sangat terbalik dengan pemahaman sebagian saudara saudara kita yang mengaku kelompok Islam, golongan, kelompok, ormas itu, yang belum dipukuli, belum diambili harta hartanya, tetapi malah sudah mengajak untuk membenci, melawan, bahkan menggulingkan, lalu anehnya, sistem pemilihan / pemerintahan yang buruk dan mungkar justru malah dibenarkan, ditempuh.
Semoga Allah
memberi hidayah kepada kita semua.
..Wallahu a’lam..