...

DEVOTION

Artikel - 5 months ago - Tag : Artikel
Author : Abdullah Abdurrahman

DEVOTION

Tidak ada satupun ayat di dalam Al Quran berisikan narasi untuk sayangi anakmu, sayangi bayimu, dan semisalnya. Tidak ada satupun ayat dari surat Al Fatihah hingga An Nas, perintah untuk sayangi anakmu, sayangi bayimu, dan semisalnya.

Tidak ada, karena sudah merupakan fitrah dasar, sudah merupakan naluri bagi seorang Ayah atau Ibu (orang tua) untuk menjaga anakmya, menjaga bayinya. Tidak ada, bahkan binatang yang buas sekalipun pasti menyayangi anaknya, menyayangi bayinya.

Tetapi, tentang berbakti kepada orang tua, berbuat baik kepada orang tua, Allah azza wa jalla berfirman begitu jelas di dalam Al Quran, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda begitu jelas didalam Hadits :

Allah azza wa jalla berfirman :        

   وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلآ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu. (Al Isra/17`: 23).

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda :

سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
Aku pernah bertanya kepada rasulullah, “Amalan apakah yang paling dicintai Allah? Beliau menjawab,Mendirikan shalat pada waktunya. Aku bertanya kembali,Kemudian apa? Jawab Beliau,Berbakti kepada orang tua, lanjut Beliau. Aku bertanya lagi,”Kemudian? Beliau menjawab,Jihad di jalan Allah. (HR Bukhari no. 5970).

Allah azza wa jalla mengatakan di dalam firmanNya yang begitu jelas, yang pertama jangan berbuat syirik, dan yang kedua berbuat baik (bakti) kepada orang tua. Nabi shallallahu alaihi wasallam mengatakan di dalam sabdanya begitu jelas, bahwa amalan terbaik pertama adalah shalat pada waktunya, dan yang kedua berbuat baik kepada orang tua, dijelaskan lebih lanjut terutama di saat mereka lemah, susah, sakit, dan pada saat usia mereka sudah lanjut. Berbakti kepada orang tua bahkan lebih baik dibandingkan berjihad (perang dalam rangka agama).

********************

Pada bab kedua, yang sangat perlu dibahas dan dipahami adalah bahwa menyayangi anak, menyayangi bayi ini adalah sebuah kepastian, adalah sebuah naluri, fitrah dasar (kecuali ada sedikit diantaranya yang keluar dari fitrah ini), karena anak adalah buah hati bagi orang tua, banyak yang diharapkan orang tua kepada anaknya.

Adapun menyayangi orang tua, berbuat baik kepada orang tua, berbakti kepada orang tua adalah sebuah kealpaan, amat sering dilupakan, karena orang tua banyak dianggap sebagai beban, anak yang telah dewasa dan mandiri banyak menganggap orang tua sebagai beban, tidak banyak lagi yang diharapkan anak kepada orang tuanya. 

Bahkan, didapati sebuah pepatah :
Orang tua merawat anaknya sambil mengharap kehidupannya. Sedangkan seorang anak merawat orang tua sambil menunggu kematiannya.

Orang tua yang menyayangi, menjaga, memelihara anaknya, berharap manis dari sang anak ketika tumbuh dewasa. Adapun anak kemudian didapati tidak lagi menyayangi, menjaga, berbakti kepada orang tuanya, karena manis dari orang tua semua telah dihisapnya, yang kini tinggal pahitnya, kini dianggap hanya menjadi beban, tidak banyak lagi yang bisa diharapkan kecuali mungkin warisan, itupun dengan cara menunggu orang tua hingga didatangi kematian.

Inilah sebab, perintah Allah dan RasulNya begitu jelas tentang berbuat baik, berbakti kepada orang tua. Perintah ini sebagai pengingat kealpaan yang mana banyak dilupakan. Perintah ini berhukum wajib untuk dilakukan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, ingat! perintah ini wajib dilaksanakan dan hanya diperuntukkan kepada Allah, diilakukan dengan ikhlas, bukan karena  berharap dunia, berharap pada manusia, ataupun harapan apapun lainnya.

********************

Pada bab ketiga, perlu dipahami juga bahwa orang tua adalah Allah yang seumpama nampak di dunia. Maksudnya adalah ketaatan terhadap Allah bisa dicerminkan dengan ketaatan kepada orang  tua. Di mana ridha Allah adalah ridha orang tua, di mana kalau orang tua ridha terhadap kita, maka begitulah Allah-pun ridha terhadap kita. Jika asbab perbuatan (halal) kita kepada orang tua dan mereka senang, begitulah Allah terhadap kita, jika asbab perbuatan (halal) kita kepada orang tua dan mereka marah / sedih, begitulah Allah terhadap kita.

Pada bab ini, perlu dipahami juga bahwa orang tua memiliki derajat yang sama dengan guru, yang mana mereka terletak sama persis melainkan tidak ada bedanya. Orang tua adalah seseorang yang sangat berjasa mempersiapkan, mengajarkan dan mengantarkan kita kepada kehidupan yang baik di dunia, sedangkan guru juga seseorang yang sangat berjasa mempersiapkan, mengajarkan, dan mengantarkan kita kepada kehidupan yang baik di akhirat (guru perihal ilmu agama). Perihal ini dibahas pertama-tama dan dijelaskan lengkap oleh Imam Bukhari dalam kitabnya Al Adabul Mufrad, pada bagian-bagian pertama perihal adab.

********************

Pada bab keempat, perlu dipahami juga bahwa berbuat baik, berbakti, kepada orang tua (guru ) adalah sebuah previllage, kesempatan istimewa, hak istimewa, adalah sebuah keberuntungan, di mana banyak sekali yang alpa, missed, tidak beruntung. Banyak kita dapati anak yang tidak punya orang tua (guru), mereka yatim atau piatu, didapati banyak diantara mereka alpa dan lupa perihal ini. Banyak yang tidak mendapat previllage ini, tidak mendapat keberuntungan ini, yang mana bakti kepada orang tua (guru) adalah sebab diluaskannya rizki dunia yang halal dan barokah selama di dunia, dan sebab masuknya dia ke Surga melewati pintu tengah (gerbang utama) diakhirat.

Pada bab ini, perlu dipahami juga bahwa sebuah previllage, sebuah keberuntungan, jika seorang anak memiliki kemudahan (dimudahkan) untuk berbakti, berbuat baik, kepada orang tuanya. Sebuah keberuntungan besar jika seorang anak memiliki uang, waktu, tenaga, untuk berbakti kepada orang tuanya (gurunya). Kalau orang tua (guru) meminta tolong kepadanya, meminta bantuan kepadanya, membutuhkan bantuan kepadanya, sesungguhnya ini adalah sebuah keberuntungan besar baginya, sebuah previllage, yang tidak semua orang memiliki kesempatan emas ini, kesempatan dibukakan rizki yang halal lagi berkah di dunia, kesempatan untuk masuk ke dalam Surga lewat pintu tengah (gerbang utama) kelak di akhirat. Sebaliknya seseorang yang tidak mampu menangkap dan mendapati keberuntungan ini, termasuk orang-orang yang tidak berakal, dicabut akalnya (Yusuf : 111), dosa sangat besar di bawah dosa syirik, dia mendurhakai Allah, dipercepat mendapati hukumannya di dunia bahkan sebelum kiamat, dan sungguh merupakan (mendapatkan) kerugian besar yang lainnya (Bukhari, Muslim, dan yang lainnya).

********************

Pada bab kelima, juga termasuk yang perlu disampaikan dan dipahami, sebagaimana penjelasan Syaikh Utsaimin rahimahullah bahwa sebaik-baik cara berbakti kepada orang tua (guru) yang masih hidup adalah dengan :

1. Harta
2. Wibawa (menjaga kehormatan)
3. Fisik (tenaga, waktu, dan lainnya)

Adapun cara berbakti kepada orang tua (guru) yang telah wafat adalah dengan :

1. Bersungguh-sungguh ibadah
2. Mendoakannya (ampun)
3. Membayar hutang
4. Melaksanakan wasiat (pesannya)
5. Memelihara kekerabatan

Adapun bersedekah dengan mengatasnamakan mereka adalah boleh, namun tidak harus, melainkan sedekah dirinya akan sampai kepada orang tuanya, melainkan ibadah dan amalan yang baik yang dilakukan dirinya akan sampai kepada orang tua (gurunya). Sebagaimana hadits :

إذَا مَاتَ الإنسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ (صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَو عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ, اَووَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُولَهُ
“Jika seorang manusia meninggal, terputuslah semua amalnya kecuali tiga, shadaqah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak (yang berbuat) shalih (yang mendoakannya). (Riwayat Muslim dan yang lainnya).

Disebutkan juga bahwa doa adalah memperbarui amal. Ini merupakan dalil bahwa mendoakan kedua orang tua setelah meninggal adalah lebih utama daripada ibadah umrah (mengumrahkan) mereka, membacakan Al-Quran untuk mereka dan shalat untuk mereka, karena tidak mungkin Nabi shallallahu alaihi wasallam menggantikan yang utama dengan yang tidak utama, bahkan tentunya beliau pasti menjelaskan yang lebih utama dan menerangkan bolehnya yang tidak utama. Dalam hadits tadi beliau menjelaskan yang lebih utama.

Disebutkan juga boleh bersedekah, membaca Al Quran, bahkan melakukan ibadah umrah, kemudian diniatkan (dikirimkan) untuk mereka, ini mendapat izin dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau berkata boleh. Kendatipun yang lebih disarankan adalah dengan (sering) mendoakan (mereka), alias selalu memperbarui amalan (untuk mereka), baik dengan doa-doa syariyah (doa yang diredaksikan di dalam Al Quran dan Hadits), ataupun doa-doa masalah (doa permintaan yang baik yang redaksinya dibuat sendiri).

********************

Sebagai bab penutup, mungkin perlu sedikit ditambahkan bahwa, tidak perlu datang untuk menabur bunga di makam pusara orang tua (guru) yang telah tiada, tidak lagi akan berguna mengirim karangan bunga kepada orang tua (guru) yang telah tiada, jika ketika mereka hidup kita tidak pernah (jarang) mendatangi mereka, tidak pernah (jarang) berbuat baik kepada mereka, atau malah melawan, menolak, membantah, bahkan berkata ah, atau malah mendurhakai mereka. Tiada akan lagi berguna datang kumpul-kumpul di rumah duka, jika semasa hidup kita tidak mendatangi mereka, kita tidak memanfaatkan waktu berkumpul bersama mereka, berbakti kepada mereka.

Sungguh aneh, seumur hidup tidak pernah mendapat kiriman bunga, adapun setelah meninggal malah dikirimi karangan bunga (ditaburi bunga). Sungguh aneh, seumur hidup kita tidak menyumbang (berbakti) kepada mereka, adapun setelah wafat barulah sumbangan dikumpulkan. 

..Wallahu alam..