Setelah dibahas alasan banyak orang pintar namun tidak cerdas, bahaya dari merasa pintar yaitu pikir-pikir dia, dia dengar tetapi tidak taat, yahudi dia, dll.
Bahaya yang lebih buruk dan contohnya pernah kita bahas juga yaitu contoh pada diri Ibnu Sina yang mempelajari filsafat dan kemudian tersesat.
Kali ini akan kita bahas bahaya merasa pintar selanjutnya yang membuat orang bukan sekedar pikir pikir, bukan sekedar Yahudi, namun jatuh mempelajari filsafat, menggunakan teori teori pemikiran filsafat yang sesat, yang kemudian menjadikannya Agnostik (tidak beragama) atau bahkan Atheis (tidak mengakui keberadaan Tuhan), meniadakan Tuhan, bahkan merasa dirinya “lebih” (pintar) dari Tuhan itu sendiri.
Agnostik beranggapan bahwa mereka bisa bertuhan tanpa perlu beragama, mereka beranggapan bahwa mereka bisa beragama (bertuhan) tanpa perlu melakukan ritual agama.
Agnostik beranggapan bahwa perilaku (baik) mereka yang bisa memasukkan mereka kedalam Surga, bukan agama. Ritual ritual agama hanyalah “kulitnya” karena yang terpenting adalah implementasi. Misalnya, Percuma (ritual) beragama, namun tidak jujur, namun korupsi. Percuma shalat jumat tetapi bahkan di Masjid sandal / sepatu masih banyak hilang, dompet, kotak amal masih dicuri, dll.
Agnostik beranggapan bahwa banyak orang tidak melakukan ritual beragama, namun jujur seperti orang Jepang, Finlandia, Swiss, German, dll, dimana mereka tidak lagi sibuk dengan ritual beragama melainkan implementasinya yaitu Jujur
Agnostik beranggapan agama mematikan logika, otak jadi tumpul, banyak orang tetap bodoh padahal rajin ibadah. Ada 3000-4000 agama didunia semua merasa paling benar. Agama justru berbahaya ketika digabungkan dengan politik. Agama yang digabung politik adalah asal muasal perang, adanya kepentingan tertentu yang dibungkus dengan agama.
Agnostik beranggapan manusia / negara maju justru tidak beragama. Negara yang beragama malah tidak maju. Agama tidak bisa membuat seseorang jujur, agama adalah tameng untuk menutupi kebohongan
Agnostik beranggapan banyak manusia beragama tetapi tidak bertuhan, mereka menjalankan ritual agama, tetapi tidak jujur. Orang beragama tetapi tidak bertuhan, inilah penista agama. Orang bertuhan dia akan jujur, baik, berguna bagi orang lain, walaupun tidak melakukan ritual agama
Agnostik beranggapan, bahwa profesi adalah ibadah : berprofesi pejabat, pebisnis, pegawai, guru maka itulah ibadah mereka, maka dia total dalam bekerja, profesional, jujur, tidak korupsi, karena pekerjaan mereka adalah ibadah. Sementara orang beragama merasa profesi dan ritual ibadah dipisah, ketika bekerja dia tidak jujur, tidak profesional, korupsi, dst, dan ketika ritual ibadah lain lagi (terpisah), malah tidak efisien, buang waktu, percuma ibadah kalau tetap tidak jujur / korupsi. Kalau masih korupsi / tidak jujur ngapain melakukan ritual ibadah. Ini sampah.
Agnostik beranggapan tidak perlu sibuk dengan banyak ritual, namun intinya saja yaitu menjadi orang baik, dan jujur. Karena bukti seseorang beragama atau bertuhan adalah jujur. Karena kalau bohong, korupsi, tidak jujur, maling, maka percuma mengaku beragama, percuma mengaku bertuhan.
Agnostik beranggapan agama dan masuk surga adalah “trik marketing”, karena bisnis yang paling menguntungkan adalah jualan agama, agama itu ciptaan manusia bukan Tuhan, itulah sebabnya ada 3000-4000 agama, sedangkan Tuhan hanya ada satu. Banyak orang menuhankan agama sibuk dengan ritual agama, padahal dia tidak bertuhan.
Agnostik beranggapan, cara jenius untuk meraih suara, meraih keuntungan adalah bawa bawa agama. Sedangkan cara genius untuk bertuhan yaitu baik dan jujur tanpa koar koar, tanpa merasa paling benar.
Agnostik beranggapan tanpa agama, Tuhan tetap ada, tetap bisa masuk surga, justru yang tidak ada adalah capres jualan agama, “tukang obat” akan sepi job, tidak ada maling sendal, koruptor, penipu, tidak ada bom dirumah ibadah, tidak ada perang saudara, dll.
..Wallahu a’lam..