...

Bahaya Industrialisme

Artikel - 1 year ago - Tag : Artikel
Author : Abdullah Abdurrahman

Apalagi kalau bukan karena alasan paham industrialisme yang sudah meracuni pola pikir mayoritas manusia saat ini, hal buruk yang disetting seakan baik dan hal baik yang disetting seakan buruk.

Industri rokok yang merupakan “hiburan murah” bagi masyarakat kelas bawah, yang efek “hiburannya” didapat dari berbatang batang, berbungkus bungkus, sifatnya adiktif, psikoaktif, dan kecanduan, di banyak negara malah dibolehkan, dilegalkan, dicukai, dipajaki, bahkan dijadikan lumbung pemasukan besar bagi negaranya. Padahal pada hakikatnya negara sedang meracuni warganya secara perlahan-lahan. Sedangkan, ganja “solusi murah” bagi kesehatan, cukup misal 1-2 hisap, tidak perlu berbungkus-bungkus, dan tidak bersifat adiktif, dibeberapa negara maju dibolehkan, dijual beli bebas (dengan batasan) walaupun di banyak negara malah dilarang, dimasukan golongan narkoba kelas A, dianggap kriminal, diancam dipenjara. Padahal pada hakikatnya, negara sedang didikte dan ditunggangi kepentingan kaum kapitalis / industrialis.

Industri otomotif, produksi, distribusi, penjualan dilakukan bebas, asal dipajaki, ribuan kendaraan baru masuk jalan-jalan perkotaan atau desa, membuat macet, menghasilkan emisi gas buang beracun, dan membuat polusi. Kendaraan listrik turut serta meramaikan, dan seakan dianggap baik, padahal listrik masih dihasilkan dari mayoritas pembangkit listrik beremisi gas buang berbahaya, tanpa adanya pengelolaan emisi yang baik, padahal ada dibelakangnya kaum kapitalis / industrialis.

Inilah contoh, bahwa latar belakang paham industrialisme membuat sesuatu disetting sedemikan rupa sehingga seakan terlihat baik, padahal buruk. Dimana banyak diantara Kaum Muslimin yang tidak sadar dan tidak paham akan hal itu.



Penjelasan langsung dari seorang konglomerat, kapitalis, dan berpaham industrialis sendiri mengatakan bahwa :

Sikat gigi plastik dan pasta gigi deterjen dianggap sehat dan baik, padahal ini buruk, ini disetting oleh industrialis dengan menyebutkan bahwa sikat gigi sehat, hemat, murah, ekonomis, dan baik. Padahal jika dalam jumlah dan aktivitas yang terus menerus, ini buruk.

Rokok dijadikan “hiburan murah meriah” bagi masyarakat kelas bawah, orang miskin, dibolehkan, disetting oleh industrialis, mudah, dan ekonomis, padahal ini buruk.

Sarana transportasi tidak ramah lingkungan dianggap sebagai “solusi”, disetting oleh industrialis, mudah bisa kredit, nyaman, dan aman, padahal ini buruk.

Mie Instan yang dianggap makanan murah, mudah, dan praktis, padahal ini sumber penyakit dan padahal ini buruk.

Micin, vetsin, penyedap rasa, dan penguat rasa buatan kimia racun dimasukkan kedalam makanan dan tubuh dengan sadar, padahal ini potensi pencetus kanker, tekanan darah tinggi, dan kerusakan otak.

Makanan olahan, makanan beku, makanan siap saji, simpel, dianggap sehat bervitamin, bergizi, padahal bahan bakunya kualitas rendah, prosesnya tidak higienis, didapati banyak organisme jahat ikut membeku, disetting oleh industrialis, dianggap ini baik, dianggap ini praktis, padahal buruk.

Ini contoh bahwa latar belakang paham industrialisme membuat sesuatu disetting sedemikan rupa sehingga seakan terlihat baik, padahal buruk. Dimana banyak diantara Kaum Muslimin yang tidak sadar, tidak tau, dan tidak paham.



Semua contoh industrialis diatas, dan banyak contoh lainnya, semua berujung kepada keburukan dan keharaman. Ketika pemahamannya keliru, perbuatannya, menganggapnya baik padahal ini buruk, padahal ini menzalimi orang lain, dimana jumlah dan atau aktivitasnya yang berlebihan.



Dai dan Ustadz juga banyak terpapar paham industrialis. Ciri-ciri mereka berdakwah jauh dari Tauhid, riba, demokrasi, maksiat, syubhat, bidah, semua boleh, demi dianggap baik, demi alasan pragmatis, masuk terperangkap paham industrialis demi faktor ekononis, dan inilah yang terlebih lebih celaka, sangat amat buruk.

..Wallahu a’lam..