Autophagy atau Otofagi adalah konsep puasa yang dimaksudkan agar tubuh secara otomatis membunuh dan menghancurkan sel sel buruk, sel cacat, dan kemudian ber-regenerasi dengan sel sel baru yang sehat.
Logika mudahnya untuk memahami ini adalah, misalkan ada 100 orang disuatu ruangan (penjara), beberapa diantaranya ada yang sakit, tua, jahat, buruk, dll, kemudian dengan sengaja tidak diberi makan, agar orang orang yang sakit tersebut mati dengan sendirinya.
Konsep berpuasa ini sangat luar biasa, bahkan sampai mendapatkan Nobel penghargaan didalam dunia medis. Bagi yang belum tau otofagi ini adalah puasa selama 72 jam tidak makan dan tidak minum (alternatif lain puasa makan namun tetap minum). Terbukti banyak orang yang sudah mendapatkan manfaatnya. Konsep ini adalah solusi luar biasa dari kondisi sekarang dimana hampir semua makanan tidak sehat, dan biaya kesehatan yang sangat mahal. Tidak makan tidak minum selama 3 hari ini walaupun terbukti baik, namun banyak yang tidak percaya, karena mana mungkin tidak makan atau bahkan tidak minum sampai 3 hari. Padahal tubuh kita 70% mengandung air, dan sanggup bertahan sampai 7 hari tanpa air.
Hal ini akan kita bahas lebih lanjut dari perspektif pemahaman Salafush Shalih, pada kesempatan kali ini.
Autophagy di dalam pandangan pemahaman Salafush Shalih adalah keliru. Dimana kaidah dalam memahami sesuatu adalah pastikan benar, bukan sekedar baik, karena yang baik belumlah tentu benar.
Autophagy secara pemahaman syar’i sudah lewat diluar syariat, sudah menyalahi syariat. Nabi shallallahu alaihi wa sallam sendiri seorang yang memiliki fisik setara 7-8 manusia normal, didapati hanya didapati puasa selama 2 hari (misal hari senin puasa, sampai hari selasa sore barulah berbuka), ini adalah kekhususan hanya bagi Nabi shallallahu alaihi wasallam, dimana ini bukanlah tuntunan, atau menjadi syariat bagi Kaum Muslimin, sebagaimana kekhususan beliau pergi ke Sidratul Muntaha, sebagaimana beliau shalat hingga tumit kakinya pecah pecah.
Adapun syariat bagi Kaum Muslimin, tuntunan bagi kita perihal puasa yang paling maksimal diluar Puasa Ramadhan adalah “Puasa Daud” (sehari puasa sehari tidak). Pernah pada suatu ketika ada Sahabat yang sangat suka berpuasa, salah satunya Abu Thalhah, beliau melakukan puasa Senin Kamis, Puasa Wisal (dua hari puasa satu hari tidak), bahkan Puasa Shamud Dahr (puasa setiap hari). Hal ini dilarang oleh Nabi shallalahu alaihi wasallam, karena sebaik baik puasa (disisi Allah), adalah (merutinkan) Puasa Daud, selain tentunya Puasa Ramadhan.
Kemudian, adalah logika keliru tentang 100 orang dikurung yang tidak diberi makan akan mati. Karena dari logika ini, ada “efek samping” lain, yaitu diantara 100 orang tersebut, yang sehat, dan tidak diberi makan, maka akan “ngamuk ngamuk”, “ribut”, dan juga bisa yang sehat akan malah menjadi ikut sakit.
Kemudian, adalah logika kurang presisi perihal puasa autophagy 3 hari berturut turut terbukti bisa menyehatkan, karena ada puasa lain, misal puasa “mutih”, atau puasa model pesugihan kejawen dan lainnya, yang sanggup bukan sekedar 3 hari, melainkan 7 hari, bahkan 40 hari berpuasa tanpa makan minum, dimana “terbukti” bukan sekedar menyebabkan sehat, melainkan bisa “kaya raya” (pesugihan). Dari sini kita tau bahwa walaupun misal terbukti baik, terbukti sehat, terbukti kaya, namun belum tentu benar, belum tentu halal, bahkan bisa masuk kepada keharaman (apabila menyelisihi syariat).
Puasa, bukanlah sekedar untuk mencari sehat, melainkan mencari wajah Allah, melainkan ibadah, menggugurkan kewajiban, dan berharap atasnya kita mendapat jenis pahala yang tidak bisa diambil (orang lain) dipadang masyar kelak. Puasa juga secara “refresh mode” untuk fisik (kesehatan) dan mental (keimanan).
Betul, bahwa puasa adalah solusi bagi kesehatan, namun bukan puasa makan, puasa minum, bahkan sampai berhari hari. Melainkan selain berpuasa sesuai syariat, solusi bagi kesehatan adalah membatasi asupan (tidak berlebihan) zat yang berbahaya, walaupun mungkin halal, misal gula (atau lainnya)
Karena diistilahkan, gula berlebihan pada otak orang tua disebut pikun, Al Zhaimer, gula berlebihan pada otak anak anak disebut autis, gula berlebihan didalam darah disebut diabetes, dan lainnya. Maka membatasi asupan makanan minuman dengan kandungan berbahaya, walaupun halal, adalah solusi kesehatan, selain tentunya berpuasa sesuai syariat.
Dari sini kita tau, bahwa walaupun terbukti baik, walaupun terbukti baik, luar biasa bermanfaat, positif, dalam cabang ilmu manapun, tetapi belumlah tentu benar, ketika menyelisihi kebaikan dan kebenaran dari tuntunan ilmu syar’i.
..Wallahu a’lam..