...

Abandoned

Artikel - 1 month ago - Tag : Artikel
Author : Abdullah Abdurrahman

Abandoned

 

Bagi seekor kucing kecil, dunia ini terasa kecil, yang dia tahu hanya sebuah tempat di mana dia sedang bernaung sekarang, menunggu induknya datang untuk kemudian menyusuinya. Bagi kucing rumahan, sedari kecil dia hanya tahu sebuah ruangan di dalam rumah, mangkok makanan yang selalu terisi, bau tangan yang biasa mengelus-elus kepalanya, litterbox dengan pasir yang wangi sebagai tempatnya pip dan mengubur pup, serta sudut ruangan beralaskan karpet yang hangat dari lantai yang dingin, tempat biasa tidur dengan nyaman, tanpa rasa takut dan khawatir.

 

Ketika tuannya pergi ke luar rumah, kucing mengira bahwa tuannya sedang berburu, mereka selalu menunggu dengan khawatir, takut terjadi apa-apa dengan tuannya, namun ketika tuannya pulang, kucing menyambutnya penuh rasa lega dan bersyukur karena tidak terjadi suatu apapun pada tuannya, mereka juga menyambut dengan kegembiraan sambil menunggu bagian dari hasil buruan yang dibawa oleh tuannya.

 

Ketika berlalu hari demi hari yang dilewati di rumah, kucing sering menghabiskan waktu dengan tidur karena kadang kucing merasa bosan, sesekali dia ingin mencari tahu hal-hal baru, energinya selalu penuh karena selalu saja makan, kucing tertarik dengan benda-benda yang bergerak, kucing akan berlarian ke sana dan ke mari, mengejarnya, menggigitnya, dll, secara naluri kucing juga suka mencakar-cakar barang di dalam rumah, mungkin karena rasa pegal, kaki depan yang butuh dilatih, dan cakar yang mesti diasah agar tetap tajam, kadang juga mereka mengendus bau aneh dan asing, biasanya di tas atau di atas kasur, segera mereka mengencinginya untuk menghilangkan bau asing tersebut, menutupi dan menggantikan dengan baunya sendiri yang khas sebagai bentuk tanda teritorial, kadang bulu-bulu mereka rontok ke sofa, tempat tidur, atau pakaian tuannya, sesekali juga mereka biasa mengalami tidak enak badan, mereka sesekali muntah dan kemudian mengotori di sebagian rumah tuannya. Walaupun sering menjadi teman main, pelepas penat, hiburan bagi tuannya, perilaku kucing seperti di atas kadang membuat jengkel tuannya, tidak jarang membuat tuan ingin membuang kucingnya.

 

Ketika kucing pertama kali dibuang oleh manusia karena mungkin perilaku kucing yang menjengkelkan, yang dirasakannya pertama kali oleh kucing tersebut adalah kebingungan dan ketakutan. Kucing tidak mengerti kenapa dunia yang selama ini dikenalinya tiba-tiba menghilang, tengkuk lehernya dicubit keras sambil menaiki motor atau mobil yang membawanya pergi ketempat yang asing. Ketika kucing dihempaskan ke tanah dengan dorongan yang kasar, kucing merasa sangat bingung, dia coba berlari mengejar tuannya berharap semua ini hanya kesalahpahaman, yang masih bisa diperbaiki.

 

Ketika kebingungan itu belum reda, muncul rasa ketakutan. Tidak ada lagi rumah, karpet yang hangat di sudut ruangan, mangkuk makanan yang terisi penuh, yang ada hanyalah suara asing yang bising dari kendaraan, panas terik ketika siang, angin yang sangat dingin ketika malam, gangguan dari kucing lain, ketakutan dari gonggongan anjing, kucing tidak tahu ke mana harus pergi, tidak tahu ke mana harus bersembunyi, setiap langkah terasa seperti bahaya, bahkan melihat bayangan sendiri terasa seperti adanya ancaman.

 

Ketika seiring waktu berlalu, rasa sakit semakin muncul, lapar, letih, sakit fisik karena kalah berkelahi, terinjak roda kendaraan di jalan, dan sakit karena luka yang lebih dalam yaitu ketika mengingat kenapa dahulu dirinya dibuang, ada rasa tersakiti, ada rasa dikhianati. Dia tidak percaya dan tidak habis pikir, seseorang yang dia percaya, tempat pernah menyandarkan tubuhnya ketika tidur, rela berburu demi untuk memberinya makan, memberi tempat tinggal yang aman, kini malah membuangnya dan meninggalkannya begitu saja. Kenapa kasih sayang yang dia rasakan dahulu kini berubah jadi kesepian.

 

Ketika malam pertama pada khususnya, malam terasa begitu amat panjang, kucing bersembunyi di sudut gelap, sendirian, tanpa ada teman yang bisa mendengar keluhan dalam hatinya, kucing menahan rasa lapar yang sangat, dan ketakutan yang amat, setiap kali ada suara, dia terkejut, setiap kali ada bau, dia takut. Di mana perasaan yang paling parah di balik ketakutan itu adalah rasa kesepian. Kucing mungkin tidak menangis, tetapi tubuhnya yang kecil itu bergetar menahan sakit. Malam itu dia lalui dengan menaruh harapan, ada tangan yang akan meraihnya, yang menyelamatkannya, yang mau memeluk dan menerimanya.

 

Ketika hari berganti, kesengsaraan semakin menjadi-jadi, tidak tahu ke mana harus mengisi perutnya yang kosong, ditendang, terinjak, masih ada bekas luka karena berkelahi. Ketika kucing mengingat awal dahulu, bukan aku yang menginginkan pertemuan dengan tuanku, bukan aku yang minta diberi kehangatan di dalam rumahnya. Ketika awal pertemuan dahulu, di mana tuanku begitu mencintaiku dan merawatku, bukan seperti ini akhir keadaan yang aku harapkan.

 

*********

 

Pada awalnya, biasanya kita melihat sesuatu dari sisi kesenangan dan kegembiraannya saja. Kita begitu antusias terhadap sesuatu karena kita pikir itu sangat menyenangkan bagi kita. Betapa lucu wajahnya, kecilnya, bulu yang bagus dan betapa lembutnya, kita begitu antusias ingin memeliharanya, memilikinya, membelikan makanan, bahkan sampai membelikan rumah-rumahan, tetapi kita lupa bahwa di balik kesenangan ada hal yang lain yang juga mesti diperhatikan, bahwa pip, pup, bulu yang rontok, muntah, sakit, adalah sesuatu yang mengikuti di balik wajahnya yang lucu, di balik warna bulunya yang indah. Maka sebaiknya iringilah kesenangan itu dengan rasa tanggung jawab, karena sebuah hubungan yang menyenangkan dan sehat tidak didasari transaksional atau hitung-hitungan untung dan rugi. 

  

Sesuatu yang kita awali karena adanya rasa senang, rasa penasaran, dan antusias tidaklah akan selamanya, ada situasi lain di balik itu yang harus siap dihadapi, yaitu bukan dengan melegitimasi rasa bosan, melainkan menghadapinya dengan penuh kedewasaan. Sesuatu yang kita awali dengan kesenangan, tentu kita harapkan dijalani dengan kesenangan dan berakhir juga dengan kesenangan, bukan luka, kesedihan, atau pengkhianatan, karena di balik kesenangan yang tidak disertai dengan tanggung jawab, akan ada pihak yang (merasa) terbuang, ada pihak yang akan terluka, dan akan ada pihak yang dirugikan. 

  

Maka jika kita bertemu dengan sesuatu yang baik, sesuatu yang indah, yang kemudian kita antusias ingin menjalin relasi dengan sesuatu tersebut, pastikan bukan hanya karena didasari rasa penasaran, namun hadirkanlah kedewasaan, juga sertakanlah adanya rasa tanggung jawab setelahnya, dan tentunya rasa memiliki yang seutuhnya adalah dengan penuh rasa kasih sayang. Karena jika tidak, maka rasa kekecewaan, rasa penyesalan, rasa pengkhianatan, kerugian, dan berbagai keburukan, akan menjadi hasil dari kesenangan yang tanpa diupayakan. Pastikan juga dalam suatu relasi yang berjalan, selalu saling mengkomunikasikan, agar menghindari kesalahpahaman, serta jangan sampai pula terjadi tindakan yang saling merugikan, yang tentunya hal demikian sama-sama tidak kita inginkan. 

  

Tetapi ini bukan tentang kucing. 

  

..Wallahu a’lam..