1. Kekafiran / Kesyirikan.
Termasuk didalamnya kemurtadan dan kemunafikan terhadap Agama. Dimana kekafiran, orang-orang kafir, kesyirikan orang-orang yang berbuat syirik, murtad dari agama, dan perkara-perkara kemunafikan, ini pasti menghilangkan keistiqomahan dari seseorang.
_
2. (Perilaku) Bid’ah.
Bid’ah atau perbuatan-perbuatan perkara baru dalam Agama, ini juga pasti menghilangkan keistiqomahan, orang-orang yang istiqomah adalah orang yang lurus dan bersabar mengikuti Al Quran dan As Sunnah, sedangkan Bid’ah atau perbuatan-perbuatan perkara baru dalam agama, menyimpang dari Al Quran dan As Sunnah, keluar dari jalan yang lurus, jelas ini akan menghilangkan keistiqomahan.
_
3. Dosa Maksiat.
Dosa dan maksiat itu bukan perkara ringan, dahulu sahabat menganggap dosa itu seperti berada dibawah sebuah gunung yang akan menimpanya, sedangkan kini orang-orang menganggap dosa dan maksiat seperti lalat yang hinggap di hidung dan kemudian akan terbang. Diantara doa Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah doa agar diberi rasa takut yang menghalangi dari perbuatan dosa.
Imam Ahmad berkata, “Ilmu itu (akan mendatangkan rasa) takut kepada Allah”. Bagi yang tidak takut kepada Allah maka tidak berguna ilmunya.
_
4. Tidak Berteman dengan Orang Shalih.
Cari dan bertemanlah dengan orang-orang shalih, karena teman punya pengaruh terhadap agama seseorang. Murid dari Ibnu Abbas, seorang Sahabat, seorang Ulama, tersesat karena berteman dengan Ahli Bid’ah.
“Seseorang tergantung agama temannya, maka dia perhatikan, dengan siapa dia berteman.” (Abu Dawud dan Tirmidzi).
_
5. Cinta (Tamak) Kepada Dunia.
Sibuk, tamak kepada dunia, padahal rizki sudah diatur/diberikan oleh Allah. Ikhtiar dalam mencari menjemput rizki adalah wajib, namun sekedarnya. Keliru orang yang sibuk dari pagi hingga sore, sore hingga malam, setiap hari, habis waktu karena dunia, sampai waktu untuk Allah, ibadah, menuntut ilmu, baca Al Quran, bakti kepada orang tua, sampai istri dan anak, terlupakan, karena sibuk tamak dengan dunia.
Orang yang sibuk untuk dunia. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda :
“Barang siapa yang tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan cerai beraikan urusannya, menjadikan kefakiran dikedua pelupuk matanya dan dia (tetap) mendapatkan dunia atas apa yang telah ditetapkan (Allah) kepadanya. Dan barang siapa yang tujuan hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan kumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan dihatinya, dan dunia akan didatangkan kepadanya dalam keadaan hina.” (Ahmad, Ibnu Majah dan lainnya).
Bagi yang tujuannya dunia, walaupun dia bekerja pagi siang sore malam, tetap saja rizkinya sesuai dengan yang Allah tetapkan untuknya. Bagi yang tujuannya adalah akhirat. Allah mudahkan segala urusannya, Allah berikan kekayaan dalam hatinya. Karena hakikat kekayaan yang sebenarnya adalah “Kaya Hati” (bukan kaya harta). Karena kekayaan itu bukan perihal banyaknya harta, namun kekayaan yang hakiki adalah kekayaan hati. Dia merasa cukup dengan apa yang Allah berikan, dia merasa puas dengan apa yang Allah berikan. Orang yang dia cukup dan bersyukur dengan rizki yang Allah berikan kepadanya, maka sesungguhnya dia adalah orang yang paling kaya di muka bumi ini. Kata Nabi shallallahu alaihi wasallam : “Hendaklah kamu Ridho dan puas (bersyukur) atas rizki yang Allah berikan kepadamu maka kamu menjadi orang yang paling kaya dimuka bumi.” (Tirmidzi).
“Barangsiapa yang melewati harinya dengan perasaan aman dalam rumahnya, sehat badannya, dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan-akan ia telah memiliki dunia dan seisinya.” (Tirmidzi).
Sebaliknya, orang orang yang merugi banyak kita saksikan, sibuk urusan dunia, sibuk mengejar dunia, tidak pernah merasa cukup akan dunia, bahkan shalatnya (ibadahnya) dilupakan, zuhur menjelang ashar, ashar menjelang maghrib, maghrib menjelang isya, subuh (sudah pasti) tidak keliatan di masjid, tidak muncul di masjid. Dunia yang membuat dia rusak.
Ingatlah bahwa tujuan orang mukmin (beriman) adalah akhirat, bukan dunia, Dunia ini dan semua isinya lebih jelek dari bangkai kambing, bodohlah orang yang sibuk akan dunia. Ibnu Qayyim berkata : “Orang yang tamak akan dunia, adalah orang yang paling bodoh didunia ini”.
Orang orang yang berakal, maka tujuannya pasti adalah akhirat. Karena dunia ini adalah kehidupan yang fana, sebentar, mimpi, fatamorgana, tetapi akhiratlah kehidupan kekal yang abadi. Allah memberikan rahmat didunia ini, kepada manusia, kafir, fajir, munafik, binatang dll, hanya 1/100 rahmatnya, sedangkan 99/100 rahmat Allah akan diberikan di akhirat. Maka bodohlah orang-orang yang mengejar dunia dan melupakan akhirat. Yang orang beriman cari adalah yang 99, yang kita cari semestinya adalah akhirat, bukan dunia. Dunia itu tidak ada apa-apa bahkan lebih hina dari sebelah sayap nyamuk (Tirmidzi).
_
6. Fitnah (Nafsu) Syahwat dan Syubhat.
Harta, jabatan, kedudukan, sanjungan, pujian, wanita. Fitnah syahwat membuat rusak niat dan tujuan ibadah terhadap Allah. Fitnah syubhat membuat rusaknya ilmu dan keyakinan.
Nabi shallallahu alaihi wasallam tidak takut apabila umatnya fakir, tetapi beliau takut apabila umatnya dibukakan pintu dunia, karena akan rusak tujuan hidupnya, yang semestinya bertujuan akhirat menjadi bertujuan dunia. Pemikiran yang rusak, pemahaman yang sesat, membuat ilmu menjadi rusak. Bukan mustahil orang yang belajar, berilmu, ketika masuk syubhat, maka rusak segala ilmunya. Syubhat merusak ilmunya, hafal Al Quran, hafal Al Hadits, rusak karena syubhat, dan rusaklah keyakinan dia kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Orang-orang ini adalah yang sesat karena ilmunya, karena dia mengikuti hawa nafsunya. Orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan, maka Allah sesatkan ilmunya.
___
Maka dari itu berhati hatilah. Belajarlah yang jelas Al Quran dan Sunnah ala Fahmi Salaf (pemahaman Para Sahabat) para orang orang yang dijamin selamat, yakini, fahami dengan benar, dan pegang teguh, dan memohonlah kepada Allah agar diberikan istiqomah.
Kata Syaikhul Islam : “Karomah, kemuliaan (Keberkahan) sebenarnya adalah bagaimana dia istiqomah sampai dia diwafatkan, dia berada diatas Tauhid,istiqomah diatas Al Quran dan As Sunnah.”
___
Fawaid dari Kajian
6 Perkara Penghalang Istiqomah
Ustad Yazid Bin Abdul Qadir Jawas
Hafizahullahu ta’ala.
..Wallahu a’lam..