...

5 Sebab Orang Banyak Masalah

Artikel - 1 year ago - Tag : Artikel
Author : Abdullah Abdurrahman

Setelah sebelumnya kita bahas, 2 ciri ciri dan penyebab kenapa seseorang masih penuh dengan masalah, padahal baik, rajin bekerja, rajin olahraga, padahal rajin ibadah, rajin sholat, rajin sedekah, rajin menabung, eh tetapi masih saja, ada masalah demi masalah, istri, anak, rumah tangga, orang tua, keluarga, tetangga, pekerjaan, kesehatan, finansial, ekonomi,dll.

 

Kini kita bahas

5 (lima) sebab sebab lainnya

Apa ciri cirinya?

 

*************************

 

1. Kita ini Narsistik dan Manipulatif.

 

Kadang, kita Narsistik terlalu terburu buru dan sombong mengatakan bahwa (diri) kita sudah baik, tidak ada orang lain seperti aku, coba cari orang lain yang seperti aku, dia kan selalu aku baikin, aku kan selalu baik ke dia, aku kan sudah begini, aku kan sudah begitu,dll. Ini adalah satu satu bentuk kesombongan. Ingat dimana orang yang memiliki kesombongan walau sebesar biji zarrah, dia tidak akan masuk kedalam surga. Apa (kesombongan) ini bukanlah sebuah masalah yang besar, yang ada di diri kita? Lalu apa yang dimaksud kesombongan itu, yaitu dia menolak kebenaran (menolak dalil / tidak samina wa athona) dan merendahkan orang lain, dimana merasa sedikit saja kita merasa lebih tinggi, lebih baik, dari seseorang, maka itulah kesombongan. Allah tidak menyukai kesombongan, dimana ini diancam berat yaitu tidak masuk Surga. 

 

Selanjutnya yaitu Manipulatif.Kita merasa diri kita sudah baik, sebagaimana diatas, padahal sejatinya kita tidak baik baik amat, kita pelit, kita kikir, kita kurang baik, kita tidak baik, namun sebenarnya kita adalah pribadi yang manipulatif, merasa dizalimi oleh Allah dengan diberikan banyak ujian), merasa dizalimi oleh orang lain, padahal sebenarnya kita sedang “playing victim”, padahal sebenarnya mungkin diri kita yang menzalimi orang lain. Misal : sombong, merasa diri lebih baik dari orang lain, memandang orang lain lebih rendah daripada kita, mengghibah orang lain, kurang waktu /perhatian keluarga, tidak jaga makanan, tidak peduli dengan orang yang membutuhkan, pelit, di pekerjaan korupsi waktu, gabut, kurang kontributif, ngomongin bos, ngomongin rekan kerja, pamer pamer, riya, boros, sok meeting, sok kerja, padahal tidak ada, bohong, shalat terlambat, ngaji jarang, duduk di kajian ilmu tidak pernah, dll.

 

Inilah asbab, Allah yang Maha Baik memberikan teguran kepada kita berupa ujian, cobaan, masalah, bahkan musibah. Sesungguhnya teguran dari Allah untuk Narsistik Manipulatif (Zalim) di diri kita ini,  lebih baik dari siksa Allah di Neraka, atau ancaman Allah tidak memasukkan orang orang demikian ke dalam Surga.

____

 

2. Kita (Sering) Meremehkan Allah

 

Tanpa kita sadari, sering kita meremehkan Allah, membatasi/ memberi batas atas kuasa Allah, yang sebenarnya tidak berbatas. Padahal pemikiran, kemampuan kitalah yang terbatas.

 

“Masa sih; mana mungkin; saya tidak yakin; tidak akan bisa; ini mustahil; ini tidak mungkin”

 

Sebenarnya pemikiran pemikiran seperti ini dan sejenisnya, secara tidak langsung adalah meremehkan Allah. Bagi yang mempelajari Tauhid, paham benar bahwa yang demikian ini sesungguhnya adalah Dosa  Besar.

 

Maka kadang dari hal hal yang sering tidak kita sadari ini, dimana kita sebenarnya sedang zalim, zalim terhadap Allah. Hidup kita terkadang mampet, banyak konflik, banyak persoalan, banyak masalah. 

 

Kadang kita selalu menempatkan rasionalitas pada rangking pertama, padahal menomorsatukan akal, logika, pikiran, rasionalitas, hitung hitung, kalkulator dunia,  adalah datang dari Sufisme, Mu'tazilah, paham baru diluar Islam, jauh dari Islam. Dimana Islam di dalam salah satu Rukun Iman yang wajib kita yakini adalah meyakini Allah, ada Allah, (menyaksikan kita, melihat perbuatan kita, memberi kita rizki, menitipkan banyak rezekinya, dan lainnya). Kemudian meyakini takdir Allah, Qadha dan Qadar, dimana segala sesuatu itu atas kehendak dan ketetapan Allah, bukan karena hasil usaha diri kita sepenuhnya.

_____

 

3. Kita Sebenarnya Kita Tidak Pernah Kehilangan

 

Ketahuilah bahwa sebenarnya kita tidak pernah kehilangan apapun. Karena sejatinya kita memang tidak pernah benar benar memiliki apa apa, kita lahir dengan tidak membawa (memiliki) apa apa, semuanya bukan milik kita, melainkan milik Allah yang dipinjamkan dititipkan ke kita. Walaupun kita merasa itu milik kita, ada di rekening kita, sertifikat atas nama kita (tapi masih di bank karena KPR), BPKB atas nama kita, hasil kerja keras kita, sebenarnya itu bukan miliki kita, tidak satupun, dimana sejatinya kita pernah benar benar memiliki apa apa.

 

Dengan memahami ini dengan sebenar benarnya, bahwa kita tidak benar benar memiliki apa apa, bahwa ini benar benar semua kepunyaan dan milik Allah, dimana ketika kita dititipkan, apapun yang Allah titipkan kepada kita, akan membuat diri kita menjaga benar apa yang Allah titipkan kepada kita, jadikan fasilitas dan menggunakannya untuk hal yang justru mendekatkan kita kepada Allah. Ketika titipan itu Allah ambil, sebenarnya kita tidak perlu merasa kehilangan.

_____

 

4. Kita Melihat Dengan “Kaca Mata” Kesedihan, (bukan “Kacamata” Kebaikan)

 

Setiap takdir Allah yang membawa kita ke dalam kesedihan, namun mengingatkan kita, dan membawa kita kembali kepada Allah, maka itu lebih baik. Daripada kebahagiaan namun membawa kita lupa kepada Allah, membawa kita jauh dari Allah. 

 

Ketika kita banyak masalah, banyak konflik, banyak problem, banyak musibah, yakinlah bahwa sesungguhnya Allah sedang rindu kepada kita, seperti orang tua yang kangen dengan anaknya, seperti gembala yang rindu kehilangan kudanya. Dimana ketika kita mengingat Allah, meminta ampun, istighfar bertaubat, Allah sangat senang, sebagaimana orang tua yang kangen dengan anaknya, dan anaknya mendatangi orang tua, Allah senang sebagaimana pemilik kuda yang telah hilang namun kuda tersebut kembali. 

 

(Note : perumpamaan Allah disini adalah perumpamaan yang Haq, dimana sifat Allah kangen / rindu / senang, tidak sama sebagaimana sifat manusia).

_____

 

5.  Kita Fokus Kepada Makhluk, Bukan Kepada Allah 

 

Selama ini kita fokus kepada makhluk, kepada dunia, bukan kepada Allah. Kita fokus kepada appointment dengan client dan meninggalkan appointment kita dengan Allah (Shalat Berjamaah Awal Waktu. Kita fokus pagi pagi ke pasar, buka warung, buka toko, fokus melayani makhluk, sampai sampai kita lupa melayani Allah. Kita fokus pagi pagi bangun mandi macet macetan, demi bos kita, meeting dengan makhluk, demi deadline, presentasi pakai infocus, namun untuk Allah, misal ketika shalat saja malah kita tidak fokus, tidak khusyuk, gatel, pusing, pegel, dll.

 

Kita berbuat baik, ternyata karena berharap pujian dan feedback manusia, tidak enakan untuk manusia. Giliran mereka tidak menanggapi, memuji, membalas kita dengan apa yang kita harapkan, kita kecewa. Padahal sebenarnya perbuatan baik, tujuannya adalah kepada Allah, hanya untuk Allah, dan harus terlepas dari makhluk. Mau dia (manusia) tau diri, tau terimakasih, tau balas budi, memuji kita, membalas kebaikan kita, atau tidak, sebenarnya bukan itu fokus kita. 

 

Ingatlah, berharap kepada manusia maka kita akan kecewa, karena manusia adalah makhluk yang mengecewakan, sedangkan berharap kepada Allah, maka kita tidak akan pernah kecewa. 

 

 

 

..Wallahu a’lam..