...

2. Appeal To Majority

Artikel - 3 months ago - Tag : Artikel
Author : Abdullah Abdurrahman

ATOMMS Logical Fallacy | Extermination

 

2. Appeal To Majority

 

 

Berikut akan kita bahas sebuah cacat logika, yang sangat banyak dari kaum muslimin mengidapnya, yaitu : “Appeal To Majority”

 

“Appeal To Majority” (dalam bahasa Indonesia disebut "Bandwagon Fallacy" atau "Suatu dianggap sebuah  kebenaran karena di pilih oleh kaum mayoritas") atau disebut juga “Democracy Fallacy”, adalah sebuah kesalahan logika yang terjadi ketika seseorang mengklaim bahwa suatu pendapat atau kepercayaan adalah benar dikarenakan banyak orang yang memilih, mempercayai, atau melakukannya.

 

Argumen ini berdasarkan pada asumsi bahwa jika banyak orang mempercayai sesuatu, maka itu pasti benar. Namun yang demikian sebenarnya tidaklah pasti benar. Banyak contoh dalam sejarah di mana mayoritas orang mempercayai sesuatu yang dianggap sebagai kebenaran kemudian terbukti salah.

 

Contoh Appeal To Majority :

 

- "Banyak orang mempercayai bahwa bumi itu datar, jadi itu pasti benar."

- "Mayoritas orang di negara ini mendukung paslon ini, jadi itu pasti kebijakan yang baik."

 

Dalam kedua contoh di atas, argumen tersebut berdasarkan pada asumsi bahwa mayoritas orang memiliki pendapat yang benar, tanpa mempertimbangkan bukti atau alasan yang sebenarnya.

 

“Appeal To Majority” adalah suatu kesalahan logika karena tidak relevan dengan kebenaran atau kesalahan suatu pendapat. Kebenaran suatu pendapat harus dinilai berdasarkan bukti dan alasan yang kuat, bukan berdasarkan popularitas (apa yang populer) atau mayoritas (apa yang dipilih mayoritas).

 

Misal : Di pantai Kuta Bali, mayoritas kaum wanita menggunakan bikini (menunjukkan aurat), namun apa yang terjadi pada mayoritas bukanlah indikator bahwa (menunjukkan aurat) Itu benar. Didapati ternyata membuka aurat adalah kekeliruan, berpotensi bahaya, berdosa, dan sebagainya.

 

Misal : Di negara “X”, melakukan sistem demokasi untuk memilih pemimpin, namun apa yang terjadi pada mayoritas bukanlah indikator bahwa (demokrasi) itu benar. Didapati ternyata pemimpin hasil demokrasi adalah koruptor, zalim, dan sebagainya.

 

Misal : Didalam lingkup “Ahlussunnah”, mayoritas ustadz memakai (pakaian) jubah, gamis, sudah dianggap oleh mayoritas sebagai “Ahlussunnah”, namun ternyata apa yang di pakai mayoritas ustadz bukanlah indikator bahwa yang demikian benar-benar memiliki pemahaman sesuai sunnah. Didapati ternyata ustadz berpenampilan demikian ternyata ahlussyubhat, ahli bid’ah, atau ruwaibid’ah.

 

Jika, ada gejala demikian dalam cara kita berpikir atau cara kita berlogika, alias menganggap sesuatu benar karena diyakini, dipilih, dan dikerjakan oleh mayoritas, maka kita sedang mengidap cacat logika atau mengalami logical fallacy, “Appeal To Majority”.

 

Kembalikanlah kebenaran dalam berkesimpulan, dengan argumentasi atau pendapat yang berdasarkan fakta dan data objektif, bukan mengalihkan indikator kebenaran itu sendiri, dengan berdasarkan apa yang dipilih, dilakukan, dan dipercayai oleh banyak orang atau mayoritas.

 

 

..Wallahu a’lam..